23/02/10
Hari ini dengerin Sonnet-nya The Verve hati saya bagai tercabik-cabik.
Semuanya berawal dari ngecek email. Pesan baru di inbox.
Subject: [spatubutut] New comment on sonnet. Anonymous has left a new comment on your post "sonnet"
Baca.
Gaya tulisan sebaris itu memang kayak bukan dia. Tapi, siapa lagi?
Kalopun itu bukan dia, tetep aja.
Agh.
Sungguh semuanya akan lebih mudah kalo kamu marah sama saya selamanya.
Sungguh semuanya akan JAUH lebih mudah kalo kamu benci saja saya.
Kamu nggak pernah tahu rasanya jadi saya yang mati-matian nyari jalan buat maafin diri sendiri. Tahu mengapa saya nemuin jalan itu? Karena saya pikir kamu nggak akan pernah maafin saya. Jadi saya pikir tidak ada lagi yang tersisa. Yasudah. Saya mulai saja semuanya dari nol. Memulainya dengan memaafkan diri saya. Karena saya tahu, peraturan pertama dalam hidup adalah dengan terlebih dahulu mencintai diri sendiri.
Kalo kamu begini, kembali ke titik di mana kita pernah mulai.. saya akan kembali menghukum diri saya. The bruise won’t heal, fella. Kamu nggak pernah tahu trauma saya, ketakutan-ketakutan saya. kamu nggak pernah tahu rasanya jadi saya. dan saya pun nggak pernah tahu rasanya jadi kamu.
Persetan sama persahabatan, kepercayaan, rahasia-rahasia, pengkhianatan. Saya udah nggak mau peduli. Toh nanti di neraka semua rahasia yang kita jaga mati-matian di dunia bakal terungkap semua. Tapi kita udah saling tidak peduli di sana. Cih.
“ngapain sih gue di sini?”
Hari ini dengerin Sonnet-nya The Verve hati saya bagai tercabik-cabik.
Semuanya berawal dari ngecek email. Pesan baru di inbox.
Subject: [spatubutut] New comment on sonnet. Anonymous has left a new comment on your post "sonnet"
Baca.
…………………………………[[[speechless]]]……………………………....
Gaya tulisan sebaris itu memang kayak bukan dia. Tapi, siapa lagi?
Kalopun itu bukan dia, tetep aja.
…………………………………[[[speechless]]]……………………………....
Agh.
Sungguh semuanya akan lebih mudah kalo kamu marah sama saya selamanya.
Sungguh semuanya akan JAUH lebih mudah kalo kamu benci saja saya.
Kamu nggak pernah tahu rasanya jadi saya yang mati-matian nyari jalan buat maafin diri sendiri. Tahu mengapa saya nemuin jalan itu? Karena saya pikir kamu nggak akan pernah maafin saya. Jadi saya pikir tidak ada lagi yang tersisa. Yasudah. Saya mulai saja semuanya dari nol. Memulainya dengan memaafkan diri saya. Karena saya tahu, peraturan pertama dalam hidup adalah dengan terlebih dahulu mencintai diri sendiri.
Kalo kamu begini, kembali ke titik di mana kita pernah mulai.. saya akan kembali menghukum diri saya. The bruise won’t heal, fella. Kamu nggak pernah tahu trauma saya, ketakutan-ketakutan saya. kamu nggak pernah tahu rasanya jadi saya. dan saya pun nggak pernah tahu rasanya jadi kamu.
Persetan sama persahabatan, kepercayaan, rahasia-rahasia, pengkhianatan. Saya udah nggak mau peduli. Toh nanti di neraka semua rahasia yang kita jaga mati-matian di dunia bakal terungkap semua. Tapi kita udah saling tidak peduli di sana. Cih.
“ngapain sih gue di sini?”