daily thoughts and activities

Showing posts with label cinta. Show all posts
Showing posts with label cinta. Show all posts

Sunday, July 08, 2018

There once was a little boy who had a bad temper. His father gave him a bag of nails and told him that every time he lost his temper, he must hammer a nail into the back of the fence.

The first day the boy had driven 37 nails into the fence. Over the next few weeks, as he learned to control his anger, the number of nails hammered daily gradually dwindled down. He discovered it was easier to hold his temper than to drive those nails into the fence.

Finally the day came when the boy didn’t lose his temper at all. He told his father about it and the father suggested that the boy now pull out one nail for each day that he was able to hold his temper. The days passed and the young boy was finally able to tell his father that all the nails were gone.

The father took his son by the hand and led him to the fence. He said, “You have done well, my son, but look at the holes in the fence. The fence will never be the same. When you say things in anger, they leave a scar just like this one. You can put a knife in a man and draw it out. It won’t matter how many times you say I’m sorry, the wound is still there.”

Read more: Nails in the Fence: A Story About Anger


Sunday, March 11, 2018

(Kejadian ini berlangsung sudah cukup lama. Siapa tahu di kemudian hari ada part 2-nya)

Suatu malam di hari kerja urusanku sudah beres, jam menunjukkan pukul 20.25. Aku pun bergegas ke tempat parkir sembari menyusuri pinggiran Jalan Kemanggisan Raya yang macet itu. Tak lama ada langkah kaki kecil yang dengan gesitnya melewatiku dari arah bersebrangan. Cepat seperti angin.

Aku menoleh ke belakang untuk melihat gerangan yang baru saja melangkah sebegitu cepatnya. Kulihat anak kecil bertelanjang kaki dengan karungnya membuka tutup tong sampah dan mengais-ngais dalam tong tersebut. Aku pun melanjutkan langkahku.

Kepikiran.

Aku sudah begitu dekat dengan kendaraan hingga akhirnya aku memutar arah menyusuri jalan yang sama. Anak itu tidak terlihat lagi. Apa iya secepat itu meninggalkan Jalan Kemanggisan Raya ini? Aku bertanya pada Bapak-Bapak yang sedang duduk di warung pinggir jalan.

“Pak, lihat anak kecil yang bawa karung barusan lewat sini tidak? Pergi ke arah mana ya dia?”

“Oh anak kecil pemulung yang suka bawa karung ya Dek? Tadi kayaknya saya liat deh. Tapi saya nggak perhatikan dia ke mana. Memang dia jam segini jalan di daerah sini.”

“Baik, Pak. Terima kasih.”

Kususuri jalan itu sekali lagi. Dan ketika ada gang aku menoleh ke gang tersebut. Gotcha! Di sanalah dia lagi memilah tumpukan sampah.

Usai memilah sampah, dia berjalan keluar gang menuju ke arahku.
“Halo Dek, sudah makan belum? Makan yuk sama kakak.”

Dia memperhatikanku beberapa detik. Lalu menjawab “Boleh”

Ternyata di Jalan Kemanggisan malam itu rumah makan sedang tutup. Yang tersisa hanya tempat makan yang terang nan kekinian namun yang dijual hanyalah indomie, roti bakar, dan sebangsanya.

“Yang buka hanya ini , Dek. Pilih saja kamu mau makan apa. Kakak pesan minum saja, sudah makan koq”

Ia memilih indomie dan susu Milo dingin.

Dimas. Begitu dia mengatakan namanya usai memesan makanan. Dimas bersekolah kelas 2 SD dan tinggal di perkampungan pemulung di daerah Jakarta Barat.

Makanan datang dan aku mengutuk mengapa orang yang memasak hal sepele seperti Indomie saja tidak bisa. Mienya sudah mekar bagai sudah tergenang di mangkok beberapa jam. Melihatnya saja aku sudah tidak nafsu. Dan benar, Dimas tidak menghabiskan makanannya. Tapi dia menghabiskan Milo dinginnya.

“Maaf, Kak tidak habis. Udah kenyang”
“Ya. Tidak apa-apa. Apa rumah Dimas jauh dari sini?”
“Ya, masih lumayan. Tapi nanti dijemput Bapak”
“Dijemput di mana?”
“Nanti ketemu di tengah jalan. Bapak Dimas kan mulung juga. Nanti pasti ketemu. Tiap malam kayak gitu koq.”
“Kalau ga ketemu gimana?”
“Pasti ketemu koq.”
“Trus kamu tiap hari pulang semalam ini, besoknya kan sekolah. Apa nggak capek di sekolah?”
“Nggak koq. Kan Bapak pake gerobak. Jadi nanti kalo udah ketemu Bapak, Dimas tidur di gerobak sampe rumah. Biasanya juga udah ga bangun lagi, Bapak yang gendong ke tempat tidur.”

Jleb.

Langsung terbayang jaman aku macet-pacitan di daerah Jakarta, terus ga sengaja lihat Ibu2/Bapak2 yang dorong gerobak beserta anak-anaknya yang sedang tertawa-tawa senang di atas gerobak yang sedang didorong itu. Di tengah ibukota. Di tengah lautan motor dan mobil.

Mereka masih kecil hingga tak terlalu memusingkan mengapa orang lain bawa motor, bawa mobil, sedang mereka naik gerobak. Namun kalau sudah besar, mereka akan sadar dan lebih besar kemungkinan menjadi minder sehingga menutup pemikiran untuk maju dan bercita-cita. Begitulah biasanya lingkaran kemiskinan mengulang.

Di satu sisi, aku juga malu. Pada waktu itu aku lagi merengek ingin ganti mobil sedangkan bagi Dimas, dia tidak komplen gerobaknya merupakan kendaraannya yang bisa membuatnya tertidur pulas sembari ayahnya mengantarkannya ke rumah. Betapa aku termasuk kaum yang tidak bersyukur.

“Lalu bagaimana Ibumu? Dimas punya kakak atau adik?”
“Ibu sama Bapak sudah pisah. Ibu pergi dari rumah bareng kakak-kakak Dimas. Dimas anak paling kecil. Cuma Dimas yang tinggal sama Bapak. Semuanya ikut dengan Ibu.”

Aku udah speechless bagian ini. Ingin rasanya menangis. Tapi nggak mungkin lah depan anak kecil ini. Teringatku data-data perceraian di Indonesia yang tidak semuanya terdata. Karena bercerai, bahkan menikah pun butuh uang. Apa kabar bagi mereka yang miskin?

“Dimas, Kakak ada beberapa buku anak-anak. Kakak akan pinjamkan ke Dimas. Besok malam Kakak tunggu di Circle K ya dari jam 8 atau kalau Dimas sampe jam setengah 9 pun ga masalah. Kita juga bisa makan lagi”

Dimas tidak menjawab dan dia pun tidak menatapku. Pandangannya lurus dan seperti sedang mengawang-awang. Mungkin dia tidak tertarik buku. Mungkin juga dia pikir aku bohong. Mungkin dia akan datang. Atau juga tidak.

Esok malam, usai pulang kerja aku menunggu di Circle K dengan beberapa buku dan snack juga susu. Dua jam lebih aku menunggu hingga hampir pukul 10 malam. Dimas tidak datang.

---

Di pekerjaan baruku, saya punya harapan bisa berkontribusi dalam membantu atau bahkan meminimalisir Dimas-Dimas lain. Memang masih terlalu awal untuk mengatakan ini. Tapi tulisan ini juga sebagai pengingat mengapa saya berada di posisi sekarang, apa yang membuat saya termotivasi untuk bekerja lebih dan positif sekaligus optimis sebagai solusi dari Dimas. Semoga.

Saturday, February 03, 2018

Lagi iseng browsing Youtube, nemu video ini:


Dream wedding gue banget ini siiiiiiih!!!!!

Ehm, yes, I’ve already married.

Throwback to my wedding day compared to that awesome wedding vid.

Pertama, venue. Saya suka banget pantai. Namun karena menikah di Tangerang jadi mustahil banget nikah di pantai (Pantai Tanjung Kait, anyone?)

Teringat dulu ceritanya bener-bener mau ngurus pernikahan berdua saja sama Faisal. Tanggal sudah ditetapkan. Kita nyari venue tiap weekend. Tiap abis survey, ditanyain laporannya sama Mamah dan kita selalu belum nemu yang pas. Akhirnya Mamah gemes sendiri, hingga beliau ngikut survey weekend berikutnya. Dan kita langsung deal hahahaha.

Kedua, tamu undangan. Pengennya siiih.. keluarga dekat dan teman-teman aja. TAPI KELUARGA AKUH BATAK. Ya gimana dong.. pasrah lah itu tamu undangan udah pasti paling banyak dari orangtua, mertua, sisanya penganten. Pasrah.

Ketiga, baju. Pengen sih saya pake gaun yang laid-back gitu macam di video kawinan di atas. Tapi baju adat saya juga suka koq. Jadi ga terlalu ekstrim lah ini. I still wore my dream wedding dress.

Keempat, ya wedding singer-nya lah! Gilak! Kalo kawinan saya dinyanyiin sama Jens Lekman bisa pingsan kali, trus bangun lagi, trus joget-joget lupa hari itu mau kawin. So damn lucky nih penganten YouTube. So sweet gitu lagi spouse-nya yang contact Jens Lekman. Mungkinkah suatu hari Faisal ngasih surprise kek gitu ke gua HAHAHHAHAHHAHA *baper.

Ada yang lucu sih tentang band di kawinan saya. Jadi dulu saya dan Faisal suka nge-date di mall-mall Tangsel dan kami suka liat band yang selalu bawain lagu The Beatles lengkap dengan seragam ala-alanya. Band-nya bawain lagunya bagus pokoknya spesialis The Beatles banget deh (lupa namanya siapa). Kita udah sepakat pengen pake band tsb pas kawinan. Namun pas disodorin paket Wedding udah include sama band yah akhirnya kita iyain aja (mureh).

Nah, saya diminta bikin playlist tuh sama EO-nya. Buat list maksimal 20 lagu kalo ga salah yang kemungkinan sih ngga akan dimainin semua. Sekitar belasan lah, jadi buat priority gitu. Hal tsb bagian yang menyenangkan sekaligus membingungkan. Untung saya anaknya masih Top 40 gitu kan, jadi ga Peer banget nyuruh anak orang latian lagu baru semua sampe 20 lagu hahahha.

Pas udah buat list-nya, saya liat request lagu saya ini terlalu beragam. Kan biasanya kalo kawinan tuh pilihannya antara pake grand piano atau acoustic-an gitar. Dari playlist yang saya buat, lagu-lagunya itu fifty-fifty: setengah bagusan pake piano, setengah pake gitar. 

Mengingat di venue tuh disediakan grand piano segede gaban. Otomatis saya berpikir nggak mungkin disia-siakan lah itu aset kawinan. Akhirnya saya memutuskan untuk memangkas lagu-lagu gitaran dan fokus sama lagu-lagu melodius yang cantik kalo dimaenin pake piano. Dan menyisakan satu lagu pamungkas di akhir, itu adalah.. “Rude”-nya Magic hahahahhaha.

“Saturday morning jumped out of bed..and put on my best suit..” Asik beet lah

Udah kasih note segala ini poko’e lagu pamungkas paporit penganten yang harus dimaenin pas akhir acara.

Mungkin si pemain band-nya pada bingung kenapa pake lagu itu ya, apa nih penganten ga direstuin orangtua hahahha bodo ah. Saya emang suka aja lagu itu. 

Dan seperti yang diduga, karena lagunya tuh banyak melodi yang putus-putus gitu kayak tet tet tet tet yang cuma enak kalo dimaenin pake gitar. Begitu dimaenin pake piano.. jadinya garing 

*antiklimaks*

Overall, despite all the imperfections of my wedding day, i still feel grateful for that day. The day when i married to someone I love, best partner in life God has given.


"If I had to choose a moment in time

To take with me into eternity
I would choose this,
This moment with you in my arms"

(Into Eternity - Jens Lekman)

Friday, December 16, 2016

Pertanyaan sejuta dolar (kalau ada yang mau ngasih).

Sebagai pasutri menikah 2 tahun, saya lumayan mengalami berbagai situasi yang dihadapkan dengan pertanyaan di atas. Berikut sampel jawaban-jawaban yang bisa digunakan sebagai referensi. Ada yang berdasar kenyataan maupun referensi internet. Semoga bermanfaat.

Ini nemu di blog orang. Jawaban epic yang masih cocok diberikan sebagai respons ke orang yang lebih tua

Hong: Kong, Kapan kamu hamil?
Kong: Minggu depan, Tante. Kalau nggak hujan.
--

Jawaban kalau lagi nggak mood tapi masuk akal (banget).

Hong: Kong, Kapan lo punya anak?
Kong: Lah elo, kapan mati?

Sesungguhnya manusia lahir, menikah, hamil, dan mati adalah rahasia Allah. Jadi sah-sah aja sih jawab begitu. Ngerasa ditanya balik kapan mati kasar? Jadi kapan ngelahirin nggak kasar ya? Hmm, persoalan.
--

Dua jawaban epic itu belum pernah saya pake sih. Tapi mayan buat referensi kalo kepepet. Saya sendiri mengalami pertanyaan sejuta dolar itu beberapa kali. Yang berikutnya tanya jawabnya dari pengalaman pribadi ya :)

Mantan teman sekantor dulu pernah nanya one million dolar question tersebut 3 bulan sejak saya menikah.

MT (Mantan Teman) : Din, udah hamil belom lu?
SC (Saya Cantik) : Belom.
MT : Napa lo belom hamil? Sengaja nunda?
SC : Hmm, ya begitulah.
MT : LAAH NGAPA NUNDA?? KARMA LU nanti mandul ga bisa punya anak!
SC : ...

Tersinggung nggak? Iya, sedikit. Lebih banyak KASIANNYA sih sama orang narrow-minded kek gitu. Secara saya cantik dan pintar, jadi saya mengerti bahwa semua orang itu punya resiko dalam kehidupan ini. Mau nikah cepet nikah atau lama kek, hamil umur 16 atau umur 50 kek, resiko seperti mandul, keguguran, hamil kembar 6, melahirkan anak dengan kebutuhan khusus, dan  sebagainya adalah bagian dari roda kehidupan. Everyone has their own battle in marriage. So just keep your mouth shut because you don’t really know what other marriage couples have gone through.

Waktu masih tinggal di Karawaci, salah satu security menyapa gue,

Security (SC): Selamat siang, Ibu.
Saya (S) : Siang, Pak.
SC : Jam segini belum berangkat, Bu. Suami Ibu udah berangkat. Ibu kerja di mana?
S : Di Jakarta, Pak.
SC: Anaknya kok nggak dibawa, Bu?
S: Saya belum punya anak, Pak.
SC: Oh, maafkan saya, Bu. Saya nggak bermaksud menyinggung.
S: Nggak apa-apa (sambil senyum ramah, no hard feeling at all)
SC: Maafkan saya Bu
S: ....
SC: Sekali lagi maafkan saya, Bu. *sambil bungkuk-bungkuk*
S: .....

Udeh orang kayak gini nggak usah di apa-apain lagi dan nggak penting diceramahin. Dia beda frame sama kita dan entah kenapa dia udah nggak enakan duluan. Daripada gue komentar nambah rasa nggak enak dia, yaudah diriku berlalu dengan senyum saja. Maafkan aku juga, Pak.

Atau beberapa kasusnya seperti ini
Teman (T) : Din, udah hamil belom?
Saya (S) : Belum
Teman (T) : Gini nih caranya.. Pas lu gituan sama laki lo, posisi lu blabalala, atau balbala. Manjur dah!

Atau saran untuk gue perlu ke dokter secepatnya buat cek kenapa belum hamil juga setelah dua bulan menikah --“

Iyah itu pas awal-awal menikah gue masih polos. Dan kenapa yah kalau gue jawab “belum” dengan maupun tanpa kasih keterangan lanjutan terkadang masih aja dibahas di moment tertentu.
--

Akhirnya saya menemukan jurus (lumayan) ampuh untuk menghadapi situasi tersebut,
Question (Q): Din/Mbak, udah punya anak?
Answer (A): Belum Bu/Mbak/Cin AHAHAHA *itu loh ketawa awkward yang bener ketawanya kek baca teks AHAHAHA
Q: Kenapa?
A: AHAHAHHA
Q: Nunda ya?
A: AHAHAHHA
Q: ... (udah males nanya)

Lebih ampuh lagi kalo ada suami saya deketan. Jadi biasanya saya sama suami akan pandang2an sambil ketawa AHAHAHHA dan si penanya akan merasa awkward dan ganti topik AHAHAHHA.

Lebih sering juga, saya yang ditanya trus suami saya yang kebetulan lagi deket dan denger langsung jawab, “ini saya udah” sambil ngelus2 perut buncitnya. Suami saya tuh tuh sebel kalau di rumah saya panggil gendut, sekalipun dengan nada manja. Tapi di tengah2 orang untuk menghindari saya dari situasi awkward dia mengorbankan diri dengan memamerkan perut buncitnya di depan umum *terharu
--

Kalau lagi asik.
Teman (T) : Din, udah hamil belom?
Saya (S) : Belum. Mau namatin majalah Cosmopolitan dulu.
T : ?
S : 12 gaya bercinta dalam setahun. Jadi tiap bulan ada 1 gaya baru.
T : HAHHAHAHHAHABANGKEEEEE HAHHAHAHAan****%$I&^65w8745e67w

Btw ini majalahnya.


Sunday, June 01, 2014

Tahun ini termasuk sering juga saya berkunjung ke Ancol.

Minggu kemarin tanggal 25 Mei, saya ke sana (lagi) bareng Faisal. Bangun jam 4 pagi, jemput Faisal, sampe Ancol setengah 7 terus kita lari pagi di EcoPark. Saya yang jarang lari dipaksa disemangati Faisal buat lari satu putaran. Lumayan yah, kelar lari mau muntah. Hahaha. Dasar saya nggak pernah olahraga, eh disuruh lari, bisa aja sih. Udahannya kayak orang sakaw.

Abis itu kita mandi di depan danau monumen (bukan di danaunya, tapi di toilet umum, dan terpisah juga pastinya, hahaha). Terus main ke Pasar Jatinegara nyari souvenir. Udah ada ide, tapi belum deal sih. Pulangnya, makan all you can eat di Hanamasa. Asiiik, abis dipaksa lari terus ditraktir makan. Terimakasih, sayaaaang (tapi itu kalori apa kabar ya?)

Selain Ancol minggu lalu, banyak juga sih Ancol-Ancol yang lain. Pertama kali kalo nggak salah, pulang dari kondangan siapaa gitu. Sama Faisal malas pulang. Bosen juga kalo main ke mall. Lalu kita memutuskan ke Ancol malam itu. Ke pizza hut. Hahaha. Ceritanya sih makan pinggir pantai, tapi makan pizza  -,-“

Terus, saya ke Ancol lagi pas arisan bareng teman-teman. Dora dapat arisan dan ingin berkunjung ke Sea World. Udah lama nggak ke sana, jadi seru aja sih.

haus kasih sayang gurita 

Lalu ada lagi Ancol yang mengawali persiapan kita menuju pernikahan. Aheeey.

Hari libur, saya punya voucher masuk Sea World (lagi-lagi Sea World, demen banget neng liat kuda nil). Kelar pacaran di Sea World dan ditontonin ikan piranha (iya, ikan piranhanya yang nontonin kita hahaha), kita masuk Ocean Dream yang banyak pertunjukan hewannya.

romantisme ocean dream

Ngga semuanya bagus. Ada juga yang kurang cucok kalau ditonton bocah-bocah. Lawakan si pawangnya kurang edukatif, bikin jengah. Masak seolah-olah make-out gitu sama anjing laut. Cih. Yang seru sih liat pertunjukan lumba-lumba sama putri duyung yang aslinya perenang handal. Jadi ada jalan ceritanya gitu, kerajaan bawah laut mau diserang sama gurita raksasa. Lalu lumba-lumba bantuin ikan duyung berjuang melawan pasukan gurita yang jahat. Yah, begitulah. Visually amusing ;)

Abis itu, kita jalan-jalan bentar di pantai daaaannnn, jeng, jeng, jeng, acara utamanya berlangsung di Pizza Hut Ancol (lagi?). Abis pesan makan, Faisal dan saya mengeluarkan buku notes kita masing-masing. Apa sih isinya?

Isinya adalah 100 hal yang pengen kita lakuin even after we’re married.

The List
2 bulan sebelumnya,
F: “ih,100 ga kebanyakan?”
D: “ya nggaklah, kan biar nggak ada yang kelewat. Awas lu. Wajib kerjain secepatnya!”

6 minggu kemudian,
F: “list gue udah selesai nih. Lu udah kan?”
D: “belom. Dear, 100 banyak amat. Nulis apaan yak isi list-nya?”
F: “yeeeh kan gue udah bilang. Lu yg nyuruh juga. Isi aja per sub bab. Kayak ttg marriage, mimpi lu, ttg rumah, anak, dll”

Akhirnya selesai bikin list dan mau kita reveal persamaan dan ketidaksamaan.

Saya sudah bilang sama Faisal sebelumnya, kalau-kalau saya agak menyesal juga mengusulkan hal macem bikin list gitu. Takut menyulut amuk massa. Secara dari 100 list yang saya tulis, apa Faisal akan mengatakan “yes” atas semua poinnya. Kecil kemungkinan. Begitu pula sebaliknya.

Eh tapi ternyata, revelation itu berlangsung cukup cepat. Meeennn, dari 100 poin itu ada kali setengahnya Faisal menulis hal yang sama. Dari yang penting bangeeeet, kayak gimana karir saya ke depan setelah saya jadi Ibu sampe yang penting aja, kayak sama-sama pengen ketemu Doraemon dan melihat aurora.

cuplikan the list

Amazing yah. Jalan bareng selama 3 tahun lebih, ternyata kami menjelma jadi satu sama lain (bingung ga?). Saya banyak terpengaruh sama Faisal, pun sebaliknya. Mungkin makanya kalau orang yang sering bersama-sama, jadi terlihat mirip mukanya (kata orang, jodoh mukanya mirip). Kalau muka saya sih ga mirip sama Faisal. Tapi ada sesuatu dari diri saya yang jadi menyerupai dirinya. Begitu juga sebaliknya (harus dong, hohoho).

Sebelum menutup malam yang cukup memberikan insight tentang masa depan kami, saya menaruh 1 poin yang bisa diwujudkan dalam waktu dekat di list terakhir: saya ingin dilamar.

“Hmmm, mungkin abis lebaran ibu gue baru bisa dateng.” Sambil mukanya serius banget mikir. Saya jadi ga enak meng-interrupt. Padahal sih, maksud dilamar itu maksudnya yang kayak klise-klise gitu lohhh. Kayak di film-film. Pake ditanya,“WYMM?”.

Yah, jadi sayangku kalau dirimu baca tulisan ini, ada tuh satu mimpi aku yang bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Lamar aku, in a proper way.  

Saturday, May 17, 2014

Hubungan perpacaran ini naik satu tingkat ke level yang lebih serius. Horeee...

Gimana semua ini berawal? Jadi pada suatu malam, saya mengendap-endap ke kamar Faisal sambil membawa pisau. Lalu ku arahkan ke lehernya ketika ia sedang tertidur, “Lu mau gua gorok atau mending kawinin gua akhir taun 2014?” dia milih ngawinin saya 2014.

Nggak deng. Semua ini berawal dari... saya. Iya, saya pengen nikah. Judul awalnya sih, nikah sama siapa aja nggak penting. Saya pengen berkeluarga. Prioritas utama ya sama pacar saya lah. Kebetulan dia mau. Semenjak itulah drama menghampiri hubungan kami dengan intens.

Awal 2014 ini sih tepatnya. Semenjak saya tahu saya ingin menikah, tetiba radar saya sensitif banget. Selalu berpikir, “Apa dia orang yang tepat? Kriteria seperti apa sih orang yang saya ingin jadikan suami? Dst. Dst.” Dari situlah standar saya.. naik.

Saya banyak komplain sama orang yang udah saya pacarin 3 tahun lebih ke belakang. Hal-hal tentang Faisal yang saya toleransi sebelumnya, jadi masalah buat saya. Ini itu sedikit saya ngambek. Bumi jadi gonjang-ganjing. Saya jadi punya kriteria tersendiri tentang suami idaman. Dan dia.. menerima.

!!!

Saya sendiri nggak percaya dengan apa yang saya dengar. Saya nyaris meminta dia untuk ngubah kepribadian loh. Yang mana permintaan itu benar-benar bagaikan pedang bermata dua. Kalau dia ga mau nurutin keinginan saya, wes bye-bye. Kalau iya dia mau nurutin saya, saya juga kecewa berat. Kenapa? Saya ingin laki-laki yang punya prinsip. Meski saya tukang ngatur, saya nggak ingin mengatur laki-laki (sedemikian rupa, tulisan ini bisa disadur kemudian hari, iya saya senang mengatur sebenarnya). Saya ingin dipimpin laki-laki. Saya nggak suka lelaki loyo, sujud di hadapan wanita. Saya ingin pria berkarakter, lelaki yang kokoh. Yang ada atau tidak ada saya, selalu bisa menjadi versi terbaik dari dirinya.

Jadi mau saya apa sih? Mungkin suami idaman saya itu Bruce Wayne alias Batman.

Setelah urusan berantem itu beres. Pacar akhirnya meyakinkan saya secara logis bahwa dia loh laki-laki itu. Datang lagi badai yang lain. Pacar saya, ehm, melanggar prinsip saya yang lain. Yang dia yakin, saya belum pernah mengatakan aturan main prinsip saya tersebut. Hellooooww... saya pikir hal itu aturan main utama dalam menjalin hubungan saya sejak awal. Mengetahui Faisal melanggar prinsip dasar tersebut di tahun keempat kami pacaran benar-benar bikin saya patah arang. Saya minta putus.

Faisal saat itu tengah mengerjakan (tepatnya memimpin) proyek di kantornya. dia harusnya sedang fokus. Setelah beberapa kali permintaan putus dan penolakan putus, akhirnya dia sms: “Kalau hanya ingin berpisah, jangan datang malam ini. Karena besok hari penting buat gue, please jangan lu rusak.”

...............

Sediiiiiiiih banget baca sms itu.

Karena, saya nggak pernah berniat ngehancurin hidup Faisal walau hanya satu detik. But i did.
Teringat pepatah “Jangan sengaja pergi agar dicari. Jangan sengaja lari biar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu.”

Saya tidak dalam posisi itu. Sengaja pergi agar dicari, sengaja lari biar dikejar. I kid you not. The truth is, I love him. I do. Dan yang saya pengen dari Faisal ialah, dia happy. Terutama dari itu, saya pengen Faisal maju. Saya nggak pernah pengen sekalipun jadi batu penghalang dalam hidup dia. Dan hal terakhir yang paling tidak saya inginkan adalah melihat Faisal sedih. Saya pengen jadi pelangi di langitnya setelah hujan reda. Saya pengen jadi oase di tengah padang gurun yang gersang. Saya ingin jadi lebah yang membantu putik menemukan benangsarinya. Saya bisa menemukan ribuan pengandaian kalau saya ini, diri saya, hanya ingin membuat hidup dia lebih.. ah apapun kata-kata positif yang tertanam di benak Anda, para pemirsa.

Jadi malam itu saya menemuinya. Saya cukup gemetar mengingat saya menyadari bahwa saya amat menyayanginya sehingga membantu saya untuk menyampingkan semua ego saya. Faisal yang nggak tahu saya datang malam itu untuk berdamai, tampak grogi juga. Setelah pembicaraan singkat malam itu, kami sama-sama tersenyum. Dan dia kembali dengan terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaannya.


Saya tahu, saya siap. Saya ingin berjuang bersamanya melebihi hari ini, melebihi hari-hari yang telah lewat.

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Saturday, January 04, 2014

Lagi seneng denger dan liat video ini. Lagunya enak dan ceritanya simpel. Tentang orang baru-baru jatuh cinta. 

Dalam kondisi saya yang udah lama berhubungan sama pacar saya dan umur juga mulai tuwir terkadang lupa aja sama hal-hal kecil layaknya orang baru jatuh cinta; gombal-gombal sayur dan sejenisnya. Sekarang mah yang diomongin “Dear kapan aku dikawinin? Malu aku pacaran lama-lama. Pendapat orangtuamu? Inflasi pendidikan kalo udah punya anak gimana ya?” dsb dsb. Ibarat lagu, udah epic banget macam making love out of nothing at all-nya Air Supply jejeritan antara hidup dan mati *lebay.

Eh iya, sebenernya ada kisah dibalik kenalnya saya sama lagu Falling In Love At A Coffee Shop ini. Jadi dulu pas saya kuliah masi bloon unyu-unyu gitu, masih banyak energi untuk tergila-gila sama fotografi. Di tengah melakukan tugas jurfo alias jurnalisme fotografi dengan motret bocah-bocah Bandung yang suka jualan cobek segede gaban di jalan Riau, seorang senior saya di kampus tetiba lewat dan menghampiri saya. Dia ngasih tips buat saya gimana enaknya motret bocah-bocah itu.

Abis motret bocah, saya diajak ke CCF Bandung (sekarang namanya IFI, Institut Francais Indonesia) untuk nonton film tentang perjalanan karir The Beatles (kalo ga salah, saya agak lupa detail tentang ini). Kelar nonton, saya diajak ngopi di kedai kopi CCF. Kami ngobrol tentang hmm, apa ya, seni kali ya. Sotoy-sotoy gitu lah gua. Ga ada firasat apa-apa.

Setelah itu, si senior suka menghubungi saya dan akhirnya dia nyuruh saya dengerin lagunya Landon Pigg – Falling In Love At A Coffee Shop. Eh ternyata lagunya bagus ya. End of story. Hehe

Kalo ngga dikenalin sama senior saya tersebut, kecil kemungkinan saya tahu lagu ini. Secara penyanyinya ga terkenal, apalagi namanya ada pig-pignya gitu *ga penting.

Bagi yang lupa rasanya jatuh cinta, monggo dengerin dan liat videonya manatau berasa lagi tuh geli-geli di perut (butterflies in stomach maksudnya). Enjoy!



Versi live-nya juga oke.




Tuesday, August 14, 2012

Sara: What do you have against relationships?
Ben: Uhm. Expensive. Boring. Brunch. Feelings. Responsibility. Conversations. Her parents. Sex and the City DVDs.
Sara: I get it.
Ben: Hiding your porn. Ski trips. Getting fat. Remembering her birthday. Game night.
Sara: Ben, stop…
Ben: Sample sales. Questions during football games. Passive aggressive news article clippings…

(Taken from Friends with Benefits TV Series)

Sunday, May 06, 2012

Lama ga liat gigs bareng si Faisal. Akhirnya saya beli tiket acaranya anak ESP Unpad yang berjudul Espose (28/4). Terakhir liat live music sama si Faisal tuh Rufio di Score Ciwalk dan Naif yang nggak sengaja kita tonton abis datengin acara pemutaran film Akira Kurosawa di ITB. Dua-duanya berkesan. Plus malam minggu lalu.

Jam setengah tiga sore berangkat dari Nangor. Lewat tol Cileunyi keluar Buah Batu bisi macet di Pasteur (biar murah juga sih). Ga taunya pas lewat Gede Bage hujan deras disertai angin kencang menerpa tol. Huhu serem, berusaha dengan hati-hati dan pasrah sama Tuhan.

Bandung lewat dari Buah Batu kering, nggak hujan sama sekali. Kita ke Toga Mas dulu, Faisal cari buku. Kilat. Beneran kilat, baru saya masuk toko buku, dia udah ngantri di kasir buat bayar --“ Menuju Sabuga, tukar tiket, masuk venue lewatin lorong bagus yang disponsori rokok terkenal di kalangan anak muda.

Kita masuk venue jam setengah lima sore dan Tesla Manaf sodaranya Sherina Munaf (bukan deng) bareng Maha Gotra Ganesha (maenin gamelan) lagi perform. Seneng, dateng di saat yang tepat. Waktu itu dalam Sabuga masih sepi.

“Dear, asiiikkk sekarang lagi Tesla Manaf!! (girang) .....walaupun gue nggak tahu dia siapa”

Kita duduk, slow, nikmatin Tesla Manaf dari kejauhan. Lumayan sih. Instrumental gitu. Lagunya panjang-panjang, suka heran kalo ngga ada liriknya pada hapal berapa bar dll.

 Foto dari kejauhan sambil duduk santay

Abis Tesla, yang dinanti-nanti perform, The Trees and The Wild. Beranjak dari tempat duduk, berdiri gabung sama penonton lain. Ternyata TTATW ga sedahsyat yang saya harapkan. Bisa dibilang, asik sendiri. Berasa nontonin mereka lagi jamming di studio ketimbang di panggung depan penonton. Senyam-senyum lirak-lirik antar personel, bisa dibilang mereka kayak nggak peduli gitu ada kita yang nonton ataupun nggak ada. Mana playlist lagu yang mereka mainin nggak gue suka, Cuma suka dua lagu. Yang dari album Rasuk sama lagu terakhir. Faisal nggak suka sama suara synthesizer-nya.

Untung abis TTATW, Gugun Blues Shelter tampil. Woohoo! Bagi saya Gugun tuh bonus aja sih, dateng ke sini penasaran sama TTATW yang (ternyata) buat saya kecewa. Tapi super terhibur sama Gugun Blues Shelter. Sayang, belum pernah dengerin album barunya. Saya cuma tahu lagu Turn It On dari album pas mereka masih bernama Gugun Bluesbug. So far, suka semua sih sama playlist yang dimainin. Kagum sama band ini. Beruntung akhirnya bisa liat mereka perform. Masak orang Inggris aja udah pernah nonton mereka pas tampil jadi pembuka Bon Jovi tapi saya belum. Tapi sekarang udah, yeah!

Drummernya seru juga diliatin. Maennya udah kayak lagi mau beranak. Muka menjerit kayak mau nangis di tiap lagu. Pemain bassnya orang bule. Biar begitu, aura si Gugun lah yang melegitimasi dia sebagai pusat gravitasi dari GBS. Saya lihat dua orang personel lainnya berusaha keras menyeimbangkan permainan gitarnya si Gugun. Kalo pernah liat orang lagi sembahyang saking khidmatnya sampe merem gemetaran keringatan sekaligus kayak lagi ‘lepas’ gitu, nah Si Gugun itulah citranya, tapi lagi maen gitar loh yah, bukan sembahyang. Kalo kata Faisal, kayak lagi orgasm. Well, apapun yang terjadi antara Gugun dan gitarnya, Cuma Gugun dan Tuhan yang tahu.

Abis Gugun, di rundown Tulus performer selanjutnya. Kita keluar venue, sholat dan beli minum. Masuk lagi Tulus lagi perform. Ngantuk. Bingung di mana spesialnya. Cewek-cewek satu venue udah pada paham bener sama si Tulus ini. Bukan selera saya sih. Sebenernya lagu si Tulus ini nggak yang mendayu-dayu bikin galau amat. Tapi ada potensi bikin galau *apeu* Ketahuilah para cewek, “Lagu-lagu cengeng dan film-film horor membuat serotonin di otak berkurang. Sehingga kita mudah pesimis dan memperkecil impian...” (Ippho Santosa). Stop being menye-menye. Sorry, nggak tau hubungannya juga tapi tetep aja pengen nulis begini.

cuma motret kalo bukan performer yang saya nikmati sungguh2

Abis Tulus, ada Ipang. Bergabung lagi sama crowd. Seneng lagu-lagu di OST Realita Cinta dan Rock n Roll banyak dibawain seperti Akhirnya Jatuh Cinta, Ada Yang Hilang, Sekali Lagi, Gak Ada Takutnya. Apalagi nontonnya bareng pacar, hihi.

“Sangat kunikmati mencintaimu. Sangat kunikmati, bersamamu....”
(Akhirnya Jatuh Cinta – Ipang)

Ipang kelar, pegel. Duduk lagi. Tebak-tebakan. The Groove atau Maliq n d’Essentials dulu. Ya pasti Maliq lah. Fanbase-nya lebih banyak. Saya sih udah sering liat Maliq, Faisal belum. Tapi kita sepakat pulang duluan aja biar bisa cari makan dan nggak pulang kemalaman. Setelah satu lagu dari The Groove yang kayak udah lama ga nge-jam bareng (tapi Rieka Roeslan suaranya tetep bagus), kita cabut.

Nyoba makan di Cafe Halaman setelah siang tadi ngirit dengan makan soto 6000 rupiah hehe. Di cafe Halaman malam Minggu buka 24 jam. Rame juga. Pesan lumpia seafood yang enyak tapi porsinya dikiiiit banget, yamin manis spesial yang ternyata pake babat (nggak suka babat >.< ), dan sekoteng yang enak di perut. Habis makan, pulang ke peraduan masing-masing. Bobok. Eh, nonton Predator dulu di RCTI yang kayaknya udah tayang lebih dari 10x. Terus bobok.

Hari yang menyenangkan untuk saya dan Faisal yang jarang merayakan dan tidak begitu peduli sama yang namanya Malam Minggu.

Friday, October 28, 2011

Berawal dari ngecek inbox HP Nokia saya yang ternyata sudah overload, ada 1215 pesan. Hmm saatnya bersih2. Tapi sayang juga ada beberapa sms kenangan bareng si Faisal jaman kita masih pdkt, hehe. Supaya smsnya bisa saya hapus tapi nggak memorinya, jadi saya tulis saja di blog. Maklum, suka pelupa.


--
20-11-2010
Bulan November, saya masih jadi mahasiswa yang rajin mengerjakan tugas dan tidak mempunyai jam tidur jam bangun jam makan yang teratur. Hari itu Sabtu dan saya bangun pagi sore hari. Maksudnya bener baru bangun hari itu pada sore hari. Saya tidur subuh karena ehm, malamnya saya liputan waria (seingat saya sih itu, pokoknya jaman2 itu jadwal saya padat hengot bareng waria bersama partner saya Yuliasri).

Baru buka mata, liat hp. Si faisal sms.

(16:09:51) Jd, kmn arah angin hari ini menculik Dina?

Kayaknya baru diliat jam 17 lewat pas saya bangun tidur. Bengong. Senyum-senyum dulu. Ohya pemirsa, maap ya saya cuma ada sms dari si faisal. Berhubung sent items HP selalu dikosongin. Jadi yang dipublikasikan sms dari si Faisal aja ya *tanpa persetujuan ke orangnya sebelumnya, kikikiki >:)

Lanjut.. Saya lupa balas apa. Faisal reply lagi

(18:17:57) Lho lho, napa? Sakit? Jgn2 lu bru ngelewatin satu hri sabtu lg (tidur) <- tepat! Saya bertanya apakah wawancara untuk tugas feature-nya sudah beres.

(18:35:41) haha. Bru beres lingkar pertama td. Tgl bsk2 temen2ny.nah, wktny refresh dlu: nntn rufio!doyan?

Gila, Rufio jaman kapan tuh. SMA dah. Saya baru tau Rufio dateng ke indo saat itu dari si Faisal. Yah, sejujurnya saya suka. Bahkan, saya cenderung suka musik apa saja (bukan penyuka satu genre aja, mudah diracunin)
(18:39:51) Iy.mo nntn g?150rb lumayan..

Mikir2. Lanjut nanya. Ini kan ajakan ya. Hore! Tapi kapan?

(18:46:02) Malem ini.di score ciwalk.mau?

Ebuset. Itu mah sekarang! Secara ya udah malem. Dan saya saat itu masih di kasur dgn rambut awut2an bau naga badan lengket blom mandi. Tiba-tiba saya jadi jenius dan bertanya posisinya. Apakah dia bakal ngasi saya waktu untuk mandi terlebih dahulu. Atau apakah saya kegeeran, gataunya si Faisal nunggu di venue (masuk akal, secara yang ngajak Faisal)

(18:49:29) Gw di cibiru.klo mw gw jmpt.mw g?

Ternyata dia mau jemput, tapi buru-buru amat ya. Tapi iya juga sih, udah malem. Sebenernya ada sediki percikan keraguan mengiyakan ajakannya malam itu. Pertama, saya baru bangun. Kedua, agenda saya malam itu pengen nikmatin me-time. Bahkan terbersit buat ngerjain tulisan. Ketiga, kosan saya kan dikonci pukul 10 malam. Kalo saya baru ke bandung jam 7 jam 8 sangat mustahil balik ke kosan jam 10. Tapi berhubung itu si faisal yang ngajak....

Pokoknya dulu tuh mindset di kepala saya tiap si faisal ngajak jalan adalah, dia lagi sedikit ga waras. Mungkin lagi ada masalah, atau setres sama tugas, atau ada kata “sekalian”. Yah, pokoknya dalam keadaan labil n his mind tricks him untuk mengajak saya keluar, heheheh. Sekali lagi, saya berpikir begitu karena dia itu seorang Faisal. U should know him first, so u can understand why i bold that statement ;)

Akhirnya, saya iyakan ajakannya.

(19:02:08) Haha.yaudah siap2.pake sepatu.jgn ampe kyk utuy yg diusir.haha.(eh,tp gtw deng klo ce aturnny gmn)

(12:01:57) Wew,jalan riau rame dong:ad ariel disidang.ck ck <- wups sori, sms yang ini udah beda hari

Alkisah, akhirnya Faisal datang ke kosan saya malam itu. Saya yang baru mandi agak-agak grogi juga berasa mau nge-date kekekekek. Jurus terlihat santai pun dikeluarkan. Pamit dengan pak jana, penjaga kosan yang baik hati dan berpesan saya pulang tengah malam jam 12-1an.
Sampai di ciwalk, langsung beli tiket dan masuk. Meski udah buru2 di jalan, ternyata rufio adalah guest star terakhir acara final kompetisi band gitu. Duduklah saya dan faisal melihat2 band tsb,tak lama si Kawe sms faisal minta dijemput di pintu masuk ciwalk --"

Ternyata si Kawe bisa masuk venue dengan tiket 50rb rupiah yang dibeli dari si monik. Ah sialan. Yaudah gpp lah.
Jam 9 atau 10, rufio siap2 main. Band-nya pun makin menarik. Berhubung kami bener beli tiket 150rb, saya mengajak faisal mendekati bibir panggung. Faisal orangnya too slow, jadi saya menarik lengannya, dia melakukan hal yag sama. Dan di sana pertama kalinya faisal mengacak2 rambut saya karena saya selalu salah mengasosiasikan Rufio dengan Taking Back Sunday. Sejujurnya, saya agak amnesia dengan Rufio hingga..

"You're graceful, your grace falls, down around me in my eyes."

yey! In mah anthem jaman SMA.

Malam itu, pertama kalinya juga saya datang ke gigs di mana orang-orang langsung moshing, body slamming, headbanging, dan crowdsurfing mulai dari lagu pertama sampai lagu terakhir. Saya yang udah berusaha maju ke depan panggung, otomatis harus mundur bersama cewek-cewek senasib seperjuangan kalo nggak mau keseruduk banteng. Haha seru sih! Bandung ekspresif!

Si Faisal tak lama hilang turun ke mosh pit. Saya sendiri menikmati musik dan atmosfir malam itu hingga si Faisal muncul lagi dengan rambut awut-awutan sambil berkata,”ah sialan gue jatoh dua kali gara2 kejiret tali sepatu” dia menunjukkan sepatunya yang tidak terikat talinya. Entah kenapa sampe sekarang momen ini terekam jelas banget di kepala saya. Maybe that's the first time i saw him as a very expressive (or agressive, haha) guy.

Usai rufio manggung, kami foto-foto di luar venue. Ga dinyana, ternyata personil Rufio keluar dan sukses dikerubutin bak gula merah di atas meja. Dengan hanya sedikit perjuangan, saya faisal kawe bisa berfoto dengan mereka semua.


foto bareng gitaris Rufio Jeremy Binion Rufio,
Faisal masi gondrong, n entah knp saya terlalu deket ketek Jeremy --"

Kami nongkrong bentar di Circle K, makan pecel sambil bercakap-cakap ttg negara, nasionalisme, dll (gatau siapa yg mulai), nganter Kawe, lalu kembali ke Jatinangor. Saya liat jam sudah pukul 2 lewat. Wow, akankah pak jana masih terbangun dan mau membukakan pagar buat saya?

Sampai jatinangor, ternyata Jatinangor mati lampu termasuk kosan saya. Menunggu pak jana membuka pagar, faisal menunggui saya depan pagar.

“Ah, gue diculik ical dan dikembalikan sebelum pagi tiba”. Ical cuma diam dan tersenyum. (Gimana gue tau dia senyum ya? kan gelap gulita). Lalu kami berpisah seiring pak jana membukakan pagar.

Stockholm syndrome di Y!M
Esoknya, saya meng-update status ym “stockholm syndrome”. Bagi temen-temen yang belum tau apa itu stockholm syndrome. stockholm syndrome adalah, coba ketik di google hehe. Yah, versi romantisnya sih, keadaan di mana sandera (yang diculik) jatuh cinta sama penculiknya.

Tentu saja, asosiasi saya berhubungan dengan kejadian semalam di mana faisal “menculik” saya untuk nonton Rufio. Faisal yang waktu itu intens ym-an sama saya bertanya-tanya apa itu stockholm syndrome. Saya bilang. cari aja sendiri. Dan dia terus mendesak. Saya menunda memberitahunya hingga waktu yang tepat.

--
Well, setelah itu banyak yang terjadi di antara kami. Hingga suatu hari Faisal ngaku kalo dia sudah lama tau apa artinya stockholm syndrome. “I just want to hear it from you”, katanya. Bisa aja lo, ah! *sambil cengar-cengir cengengesan*

Waktu itu saya curiga juga si, ngapa cowok pinter kayak faisal sama terminologi stockholm syndrome aja ga ngerti2. Haha.. ternyata..

Hhmm... jadi inget percakapan yahoo messenger kita pas saya lagi mellow mlehoy setelah kamu (kebiasaan nih ganti-ganti kata ganti orang--") ngaku udah tau terminologi tsb dari lama. Saya akan memberitahu kamu apa artinya stockholm syndrome dan kamu pura-pura tidak tahu artinya. Well, that day has come, dear. Here we are.

^^ dengan caranya sendiri, dan kadang nggak terbayangkan, Faisal selalu sukses buat saya jatuh cinta berkali-kali sama dia. more stories to come, i hope :)

Wednesday, December 29, 2010

22-12-2010 (Hari Rabu, hari Ibu, dan hari ulang tahunmu)

Daripada euforia jadiannya, saya lebih fokus ke depannya. Menantang diri sendiri untuk bertanggungjawab atas apa yang telah dimulai. Tentu saja, tantangan yang menyenangkan.

Kalo kata kamu, “abis tanggal 19 itu, gue ngerasa tembok yang di depan gue runtuh. Selanjutnya, ada lapangan luas di hadapan gue. nah, sekarang mau digimanain nih tu lapangan..”

Kalo kata saya, “pas tanggal 16, gue udah ngerasa lega. Tanggal 19, lega sih. Lebih lega lagi. Tapi kayak naik level gitu loh. Mm susah membahasakannya.. lu ngerti lah yaa.” Dia mengangguk.

Itu kayak main game. Two players. Kita udah lewatin level 1 (eh atau level 2 ya?). pokoknya gitu lah. Kita terus naik level. Dan semakin tinggi level, semakin sulit musuh-musuh yang akan dihadapi. Tapi juga makin seruu!!! Sampe akhirnya kita nanti harus ngadepin raja yang gede banget buat dikalahin tiap naik level (oke, ini sebenernya yang kebayang game macem space wars gitu hehe).

Nggak ada yang tau kita bakal game over di level berapa, atau apakah kita bisa namatin game ini dengan kemenangan: menghancurkan raja super di level akhir. Ga ada yang tau. Seperti halnya jargon hubungan kita: “let it flow, dear”

This is the most natural feeling I’ve ever felt. Kalo bisa bilang, semuanya berjalan alami. Ga ada yang direkayasa. Spontan, tidak taktis, ngga ada yang dibuat-buat. Hanya perlu niat baik, hati yang tulus, dan biarkan semesta menjalankan sisanya. Resminya hubungan kita juga, bagiku bukan kayak hal yang besar, mewah, dan perlu perayaan sebagaimana maraknya pesta tahun baruan di mana semua orang bebas mabuk saat itu (maklum, bentar lagi taun baru). Bukan kayak gini nih..



Bukan, bukan imej semacam itu yang terbayang di benak saya. tapi lebih kayak, saya sedang merebahkan diri di atas padang rumput yang luas lagi hijau. Siang-siang, santai, angin bertiup semilir, dan langit pun cerah.


Damai. Itu tepatnya. Saya merasa damai. Maybe it’s the feeling when love and friendship come together at the same time. I’m feeling good. I hope you feel the same way, too.

--
p.s. happy birthday, Mr. Magician.

Friday, December 24, 2010

Meracau ke sana kemari. Hingga akhirnya keluar dari mulutmu pertanyaan, “Kita tuh sebenernya lagi ngapain sih?” Kembali kita meracau lagi. Ah, berbelit-belit deh.

Saya: jadi, lu sayang sama gue?

Dia: iya.

Saya: gue juga.

Dia: tos dulu dong

PLAKK! *bunyi tos

Kamu pun bertanya, “Are we a couple now?” Saya balik bertanya, retoris. “Are we a couple now?" And you said yes. We both smiled.

Sunday, December 19, 2010

I'll be seeing you
In all the old familiar places
That this heart of mine embraces
All day through

In that small café
The park across the way
The children's carousel
The chestnut tree
The wishing well

I'll be seeing you
In every lovely summer's day
In everything that's light and gay
I'll always think of you that way

I'll find you in the morning sun
And when the night is new
I'll be looking at the moon
But I'll be seeing you

— I'll Be Seeing You (Iggy Pop & Francoise Hardy)

Wednesday, December 01, 2010

Dua orang mahasiswi tingkat akhir dipertemukan sebagaimana takdir dituliskan sebelum mereka lahir –mungkin. Banyak perbedaan diantara mereka: beda tinggi badan, beda berat badan, beda pengalaman, termasuk beda dalam nasib percintaan. Y sudah berpacaran menahun, D sudah jomblo menahun. Namun, mereka dipersatukan dalam satu tugas besar, mata kuliah Depth Reporting dengan tema *watch yourself*: waria.

Ternyata, tugas perkuliahan untuk dua mahasiswi tingkat akhir ini bukan tentang waria dan dunianya saja, tiap harinya ada ribuan tugas lain menanti untuk dikerjakan. Hingga h-1 keberangkatan Y ke Singapore, terjadilah percakapan berikut di kosan D. Saat itu, situasi Y begitu tertekan karena ada dua deadline tugas yang harus ia selesaikan dalam semalam demi keberangkatannya ke negeri singa, D lagi santay.

Y (melenguh seperti sapi, pikirannya lelah): Apa gue abis ini ketemu cowok gue dulu aja ya

D: Hah, serius lu? (D mengerti perasaan Y tapi waktu juga sempit). Gimana kalo cowok lu aja suruh dateng, nemenin lu ngerjain tugas..

Y: ah itu udah sering dicoba dan nggak pernah berhasil. Ujung-ujungnya pasti nggak ngerjain tugas malah pacaran

D: iya juga. Lagian, masak ada cowok trus dianggurin sih

Y: iya yah.. rugi banget yah

*LOL!

Monday, July 05, 2010

Saya bukan seorang yang menganut paham kebetulan. There’s no such thing as coincidence. Saya percaya, everything happens for a reason. Tapi kadang, tidak semua kejadian mempunyai reason yang mendalam, ga semuanya harus kita pikirin di mana letak hikmahnya. Terkadang Tuhan hanya ingin membuat kita tertawa. Bagi saya, ada yang sangat melekat seperti kasus-kasus berikut.

Dulu, ketika saya masih punya pacar. Itu kapan ya, ahk udah lama banget deh. Kuliah sedang libur, saya di rumah, bingung mau ngapain. Tangan memegang hp. Hal yang paling mungkin saya lakukan saat itu adalah smsan dengan pacar saya. Ya, sepatutnya itu saya lakukan. Karena kalau tidak bertemu sudah sewajarnya saya sms dia. Tapi saya diam saja sambil memandangi hp saya. Saya bosan. B.O.S.A.N dengan dia. Gilak, bosen banged!

Bayangkan, seseorang yang jiwanya pergi dengan adegan sambil memegang HP seperti di iklan-iklan. Nah, seperti itulah saya. menimbang-nimbang kenapa saya begitu bosan dengan dia sambil memperhatikan hp yang sedang ada di tangan.

Tiba-tiba ada sms masuk, saya kaget (karena sedang bengong). Dan sms itu berbunyi, “bosan dengan pacar sekarang? Sms ke blablabla dan temukan teman kencan baru." Alhasil, saya sontak tertawa terbahak-bahak dengan isi sms tersebut. Tau aja nih si operator huehehehe, tapi saya nggak reply kok haha.

Pernah juga ketika saya kehilangan HP di Pantai Tanjung Lesung. Kehilangan HP merupakan sebuah kesialan, plus kalau hilangnya di depan orangtua. Bukan dihibur malah dimarahin. Dan hal itu terjadi di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang. Kalau udah begitu, saya diam saja. Sebenernya saya sedih, HP tersebut adalah HP kesayangan yang didalamnya sudah penuh dengan catatan baik di kalender, notes, dan sebagainya.

Dan ketika saya sedang menenangkan diri, terdengar dari audio mobil.. “oh.. bukankah ku pernah melihat bintang..senyum menghiasi sang malam..yang berkilau bagai permata..menghibur yang lelah jiwanya..yang sedih hatinya” ahahaha brengsek itu lagu“Sang Penghibur”-nya Padi sedang berputar. Itu memang mp3 yang saya beli di sebuah alfamart dekat hotel. Sengaja saya pilih yang agak mainstream karena untuk didengarkan dengan seluruh anggota keluarga yang lain. Tidak saya kira, ternyata mp3 itu untuk menghibur saya di waktu yang tepat pada akhirnya.

Peristiwa yang cukup melekat lain, yakni tentang buku. Ketika semester tiga, saya mendapat tugas membaca novel dari mata kuliah Psikologi Komunikasi. Tiap mahasiswa tugas novelnya beda-beda, saya sendiri mendapat novel Mechanical Cat. Ternyata sangat sulit menemukan novel tersebut. Padahal kalo saya dapat novel Dunia Sophie, saya punya dan sudah baca tuh. Hmm, di mana ya novel Dunia Sophie saya?? Sudah lama tidak lihat. Lupaa naronya.

Berhubung saya pikir novel yang dikasih tugas baca itu pasti sulit dicari, jadi aja saya beli novel yang jadi tugas.. gebetan saya saat itu. Dengan berharap jadi 'hero’ buat dia huehehehe cerdas kamu Dina. Gataunya novel tersebut dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko buku terdekat. Sang gebetan pun sudah membelinya. Sialan. Itungannya jadi tekor deh saya.

Lalu saya simpan saja novel tersebut tanpa dibaca bertahun-tahun lamanya, hingga.. saat saya semester tujuh, saya baca blog Raditya Dika. Doi berkata bahwa penulis favoritnya adalah Neil Gaiman. Mmm.. siapa dia.. saya tidak kenal dan tidak tahu karyanya. Habis baca tulisan Radit tsb saya pun ke kamar untuk mencari sesuatu, mengobrak-abrik rak buku, dan ha! Ada novel karya Neil Gaiman di sana. Judulnya Anansi Boys. Itu kan novel yang saya beli dengan niat menjadi 'hero' buat gebetan saya dan berakhir dengan mengutuk uang yang udah keluar untuk novel-yang-ternyata-mudah-dicari. Hahahha, saya pun tertawa terbahak-bahak sendiri di kamar siang itu. Sungguh konyol. In the end, saya baru baca setengah novel tsb. Bagus. Cerdas, penuh fantasi, dan humor :)

Terakhir, peristiwa bareng teman saya, Dex. Waa sudah lama banget. Saya yang pelupa ini saja heran kenapa masih bisa mengingat hal-hal yang terjadi puluhan tahun lalu *lebay*. Oke, begini. Hari itu, saya, Dex, dan abang saya mengunjungi Braga City Walk. Waktu itu masih muda, adrenalin masih mengalir deras, jantung kembang kempis, kulit masih kencang, dan si Dex masih bareng istri mudanya eh pacar dia dulu. Sebut saja cewek itu Mawar (bukan nama sebenarnya).

Si Dex kala itu tergila-gila dengan pacarnya sendiri. Baguslah yaa. Daripada tergila-gila sama pacar orang. So, tiap jam tiap menit tiap detik doi selalu membicarakan si Mawar. Bahkan saya tidak punya kesempatan untuk bilang, “Ohh.. come on. Please stop it”. Hehe nggak lah. Saya dengerin saja abis seru sih hehe. Si Mawar punya adik, namanya si Melati (bukan nama sebenarnya juga) dan hal ini menjadi trending topic kita tiap berbincang. Dari yang penting sampe yang nggak penting.

Nah, pas di Braga City Walk ini, ada nama Mawar yang jadi nama toko baju. Si Dex iseng ngomong, “wah ada toko Mawar, nanti sebelahnya ada toko Melati”. Pas kita jalan melingkar(pusatnya Braga City Walk berbentuk bundar) beberapa langkah dari toko Mawar itu.. ternyata beneran ada donggg toko Melati!!! Which means, gubrak banget. Hahaha saya langsung tertawa terbahak-bahak. Namun, kali ini tidak sendiri. Si Dex yang berjalan di samping saya pun turut tertawa. Sedang abang saya yang ikut bersama hanya bisa bengong. Bingung dengan apa yang kami tertawakan.

Thursday, May 13, 2010

Saya si bungsu yang brengsek dari 4 bersaudara. Ketiga kakakku sudah menikah. Namun, ada yang berbeda dengan pernikahan kakakku yang terakhir. Entahlah. Menikah adalah sesuatu yang wajar. Dan ada pernikahan jutaan orang tiap harinya. Tapi pernikahan kakak yang usianya hanya terpaut dua tahun denganku terasa begitu aneh buatku.

Saya dan dia tumbuh bersama sejak kecil. Kami berbagi kamar bertahun-tahun, mandi bersama, berantem hingga jambak-jambakan, rebutan mainan, dan sebagainya. Hingga ketika dia tumbuh remaja, hubungan saya dan kakak menjadi berjarak karena, ok, terdengar konyol, sifat kami begitu berbeda. Saya (dulu) cenderung pendiam, menghindari konflik sedangkan kakakku memiliki sifat yang sebaliknya. Terlebih, dulu kami sibuk dengan pertemanan sebagaimana remaja tumbuh pada umumnya. Ketika kakak kuliah ia menjadi pribadi yang lebih tenang dan saya bisa kembali dekat dengannya.

Hingga suatu hari, kedua orangtuaku mengatakan bahwa bulan Mei kakakku akan menikah. Saya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Mama papa bingung lantas mengomeliku. “Dina, kamu sudah bukan anak kecil lagi. Suatu saat kamu akan mengalaminya,” ujar mereka. Saya diam.

Setelah hari itu saya pun bertanya-tanya, haruskah saya menikah? Menurutku tidak ada alasan yang tepat untuk saya menikah. Saya nyaman dengan keadaan seperti ini. Saya tidak kekurangan cinta karena, yah, cinta saja nggak pernah terasa cukup buat saya.

Dan, di suatu Jumat, ketika teman-teman masuk kelas untuk kuliah Penulisan Berita Elektronik. Saya dan Tendi Mahadi tertinggal di plasa Fikom. Sebenarnya si Tendi ini agak-agak rese kalo diajak bicara, tapi kadang lumayan lah daripada lumanyun.

(sebelumnya percakapan kami sudah terjadi agak lama tapi saya nggak ingat apa yang dibicarakan)

Tendi : jadi sekarang apa yang lu pikirin?

Saya : hmm.. sebenarnya Ten. Gue dalam fase bertanya-tanya ngapain sih orang nikah?


Tendi : itu yang ada di kepala lu?


Saya : Iya. Itu dia. Tapi belum nemu jawabannya. Eh Ten katanya cowok tuh matanya, misalnya kalo lagi nongkrong gini, liatin cewek juga gitu ya, misalnya ada cewek cantik lewat terus wajarnya cowo liatin. Nah kalo cowok ganteng lewat nggak diliatin.


Tendi : Ya iyalah! Ngapain juga cowok liatin cowok. Emangnya homo!


Saya : Ih tapi cewek nggak gitu Ten. Ok, kalo ada cowok ganteng lewat kita liatin. Tapi kalo ada cewek cantik lewat kita juga liatin..


Tendi : (bengong bentar) Fashion..


Saya : ya, ya fashion. Liatin dari atas sampe bawah. “wah sepatunya oke” misalnya


Tendi : sampe ke fisik fisik juga? Bodi?


Saya : ya, itu juga termasuk. Misalnya kakinya bagus banget, kecil. Waw jadi mikir pengen kaki kayak gitu. Tapi jatohnya sirik juga sih ya. Makanya, pusing banget jadi cewek.


Tendi : semua cewek gitu?


Saya : hmm rata-rata. Nyaris semua kata gue sih. Mungkin cewek-cewek yang cuek itu ngga terlalu keliatan aja. Tapi pada dasarnya itu alamiah cewek kok. Tapi Ten, cewek-cewek itu nggak bakal dandan abis-abisan, nggak akan usaha gimana caranya biar cantik kalo nggak ada cowok loh. Dan gue juga pernah baca yah tentang si Onassis. Tau nggak lu?


Tendi : pengusaha Yunani itu?


Saya : Ya,yang tajir tujuh turunan itu. Si
Aristotle Onassis itu pernah bilang kalo semua uang di dunia ini nggak akan ada artinya kalo nggak ada cewek, Ten.

Tendi : hmm jadi intinya seks.


Saya : seks? (sambil mengernyitkan dahi)


Tendi : seks dalam arti luas.


Saya : ooh. Haha. (sialan, lelaki cerdas sekali menyederhanakan masalah)


Tendi : pria dan wanita itu saling membutuhkan. Emang maksud lu seks yang mana?


Ok. Percakapan selanjutnya tidak penting

Ya. Seperti yang dikatakan Tendi tadi. Mungkin benar pria dan wanita itu saling membutuhkan. Membutuhkan yang seperti apa? Saya sendiri juga percaya, lelaki itu dianugerahi otak yang lebih cerdas dari wanita dan juga kekuatan fisik yang berlebih. Sedangkan wanita, kami ditakdirkan untuk menaklukkan pria. Haha.

Mungkin nilai plus kami ada di kelembutan dan hal-hal menyangkut hati. Tapi, kalau alasan membutuhkan hanya sekedar itu, saya pikir pria wanita tidak perlu menikah segala. Kalau saya kurang cerdas, kalian bisa mengajari saya. Begitu juga kalau saya butuh kekuatan fisik untuk membetulkan pompa air yang rusak, mengangkat lemari, dan sebagainya.. sepertinya saya tidak perlu sampai menikahi cowok segala kan. Saya hanya perlu minta tolong atau membayar jasa.

Mari bicarakan alasan yang lebih sakral : cinta. Ha. Apa ada orang yang mencintai saya melebihi mama saya? ok. Saya dan mama saya berbeda umur jauh dan besar kemungkinan beliau meninggalkan saya lebih dahulu sehingga saya harus mencari pendamping hidup. Cinta tuh apa sih?

Beberapa lelaki mengatakan pada saya, lelaki itu selalu melakukan apapun agar tujuannya tercapai. Gombal doang mah biasa. “Aku sayang kamu, cinta kamu” tuh.. ahh.. cuma basa-basi busuk aja. Tujuan lelaki.. seks ya. Mungkin bagi lelaki yang baik dan masih menganggap itu tabu, tujuan mereka yaa.. menaklukkan wanita. Ingin lihat aja, reaksi cewek kalo digombalin itu seperti apa. Dan jujur, mungkin wanita memang senang digombalin. Pada akhirnya, cinta antara pria wanita itu NGGAK MUNGKIN ngga pake nafsu.

So, orang menikah karena cinta dan nafsu (haha. Sepertinya kalimat barusan menghancurkan makna kesucian pernikahan bagi sebagian orang). Dan lagi, kalau memang alasan menikah adalah karena cinta dan nafsu.. mengapa mereka yang mencintai sesama jenis tidak boleh menikah? Tidak akan menghasilkan keturunan? Aib bagi masyarakat? Dosa besar? Jadi tujuan pernikahan itu memang melestarikan peradaban manusia? Atau tuntutan hidup bermasyarakat? Ngomogin dosa, siapa sih yang benar-benar suci di dunia ini?

Lagi-lagi, saya teringat kata-kata Tendi “pria dan wanita itu saling membutuhkan”. Oke. Mungkin pernikahan adalah jalan yang tepat untuk melengkapi ketidaklengkapan yang ada di pihak wanita maupun pria, baik jasmaniah maupun batiniah, materiil maupun formil. Namun.. kalau ternyata kita sudah mendapatkannya dari beberapa orang, lalu mengapa kita harus memilih salah satu dari mereka untuk dinikahi?

Ya ya seperti kata-kata Tendi, “pria dan wanita itu saling membutuhkan”. Dan dia pun melanjutkan, “Mungkin sekarang lu belum ngerti Din. Tapi nanti, suatu saat, pasti.”

Ya, saya tahu kok. Saya mungkin tidak bisa menemukan jawabannya sekarang. Tapi saya yakin, suatu saat nanti. pasti.

Ah ya, ini foto pernikahan kakakku.

Kakak ipar dan kakak tengah berlatih tari tor-tor

Dia tampak bahagia sekali di hari pernikahannya. Selalu ada harapan untuk kebahagiaan =)

Monday, May 10, 2010

Sabtu, 8 Mei 2010
Hari ini, kakakku yang terakhir menikah ketika saya sedang melewati fase hidup di mana muncul pertanyaan "ngapain sih orang nikah?"

Saturday, February 13, 2010

This is what I was doing on one night when valentine’s day came double with chinese new year.

--
We were sitting on a bench waiting for our pizza. Sitting calmly, my sister was texting her far-away-husband while I was doing some writings on my cell. The restaurant was full of couples and families. I told you. It’s time for celebrating valentine and chinese new year. Plus, it’s a Saturday night. Lovers time.

I don’t have any lover. My sister has. But she’s lonely just like me. On val’s day, when her children was taken care by their grandma, we were going to a nearest cinema. Watched an action movie titled From Paris With Love. I sat between couples. I looked lonely. But the couples just didn’t pay attention for other people around them. The world seemed just for them. They looked lonely for me.

So, here we go again, at the terrace of a pizza restaurant after making a little conversation in the car. I was looking inside the restaurant. The families who were taking dinner, they looked happy like there was no time like that in their daily life. Where were they? What were they doing? I guess they’re lonely.

What’s lonely anyway?
Is it really happening?

Is it a real feeling?

Or is it just the way of thinking?