daily thoughts and activities

Tuesday, August 07, 2012

“Ada, Karena...” dan atau “...Karena Ada.”

Saya orang yang jarang membaca. Beruntung, karena sedang skripsi (iya, saya belum lulus), minat baca saya perlahan mulai tumbuh lagi (baca novel tapi, buku-buku yang menunjang kemajuan skipsi saya tidak tersentuh).

Buku yang baru-baru saya baca adalah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Jilid pertama dari tetralogi Supernova karya Dewi Lestari. Membaca buku yang bagus sama seperti ada yang menekan tombol di otak saya. Imajinasi menari dan tak berhenti dalam putaran dansanya. Jadilah saya akan meracau seperti dalam postingan ini.

“Perlahan, Reuben mengangkat kedua tangannya, dan ia pun tercekat. Ternyata, dirinya pun diselimuti kabut itu. Fisiknya adalah gambar proyeksi semata. Dan, apabila ia mampu mengidentifikasi dirinya dengan pixel-pixel itu, bukan tubuh seorang pria bernama Reuben, maka berarti dirinya.. immortal.
 

Tidak ada awal dan akhir. Tidak ada sebab dan akibat. Tidak ada ruang dan waktu. Yang ada hanyalah Ada.”

Kalo mau diperdebatkan line tersebut ya bisa sih. Banyak kemungkinan. Mungkin maksudnya kita itu hakikinya adalah jiwa alias roh. Sedangkan raga itu, cuma, yah.. wujud jasad aja. Objek materiil. Namun kalo “tidak ada awal dan akhir. Tidak ada sebab dan akibat. Tidak ada ruang dan waktu. Yang ada hanyalah Ada” itu seperti... tidak mengenal Tuhan.

Briefly, kasian banget kalo alasan kita hadir di dunia ini hanya karena kita ada. Lalu berhenti sampai situ saja. Tak lagi ada pertanyaan mengapa kita ada. Percaya adanya Tuhan sebenarnya malah bisa menguatkan manusia untuk menghadapi apapun di dunia ini. Yah, karena dia tahu semuanya yang terlihat oleh mata sifatnya hanya materi di sini.

Lalu di manakah tempatnya jiwa/roh dan segala sesuatu yang lebih hakiki? Kalo memang di dunia ini hal-hal tersebut tidak terlihat (physically), bukankah berarti ada tempat lain untuk segala yang kasat mata sekarang?

Tuhan ada dimana-mana
Jaman sekarang, banyak orang berdalih atheis maupun monotheis karena nggak percaya sama konsep agama yang termanifestasi dalam wujud penyembahan alias ibadah. Beberapa percaya Tuhan ada dalam dirinya sendiri. Dalam balutan celana jeans. Makan sushi tei. Dalam bar-bar yang menyediakan minuman beralkohol.

Saya pikir Tuhan tidak berwujud objek saja. Dia semuanya. Dia ada ketika pria dan wanita bisa saling mencintai. Dia ada bagai telapak tangan dan punggungnya, semua yang berpasangan, wanita pria, baik buruk, jelek bagus, kaya miskin, semua itu menunjukkan adanya Tuhan.  Kita sebagai manusia yang cenderung menyukai keindahan menunjukkan adanya Tuhan.

Sedang yang dimaksud Tuhan ada di mana-mana, ya dia memang berada di mana saja. Termasuk di dalam bar-bar yang menyediakan alkohol. Ia ada ketika dalam hati kita ada keraguan untuk menenggak segelas dua gelas yang berujung sebotol dua botol.

Terus pernah nggak sih, kalo mau berbuat jelek/jahat, ada saja hal yang membuat kita enggan untuk melakukannya, semacam sanubari atau kebetulan terjadi di depan mata sehingga ada pertentangan dulu sebelum memutuskan melakukan hal jelek/jahat tersebut. Di sanalah Tuhan campur tangan.

Tuhan nggak peduli kita masuk surga atau tidak, tapi dia juga tidak membiarkan kita masuk neraka.

Saya pikir, Tuhan itu Pencipta paling baik sedunia (akhirat). Jangankan kita yang berbuat baik di dunia, yang terus-terusan berbuat dosa pun masih diurusin sama Tuhan.

“Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata” (An-Nahl (yang artinya lebah): 4)

Kalau di kepala saya tuh, bandinginnya kayak di film Lord of the Rings. Si Saruman menciptakan Orcs buat jadi hamba-hambanya, udah mana proses penciptaannya menjijikkan begitu (semacam dari lumpur berlendir, kasi api dikit, terus mereka muncul dari bejana). Kalo penciptaan manusia itu kan indah yah, pake cinta dua orang (yah kalo nggak pake cinta juga, at least proses mengandung 9 bulan dan melahirkan bayi itu sesuatu yang menakjubkan dalam arti positif).

Nah, Orcs ini kerjaan mereka di dunia kan nggak ada yang lain selain jadi pasukan si Saruman. Ngikutin order. Suruh jalan belok kanan, belok kanan (literally yah). Nggak ngapa-ngapain lagi deh.

Kalo kita, hmm yah punya order juga sih. Rukun islam dll. Tapi, di antaranya, boleh punya hobi dan menekuninya, menikahi pria/wanita yang kita suka, disuruh jalan-jalan melihat dunia, boleh memiliki barang apapun, melakukan profesi apapun, dll.

Tuhan yang Esa ini Maha Baik sejagadraya.

No comments: