daily thoughts and activities

Monday, June 22, 2009

Saya ingat Kamis lalu, 18 Juni, saya yang bête karena seseorang, memutuskan tidak ikut bersenang-senang bersama yang lain dan hanya ingin jalan, menghilangkan rasa kesal campur sedih. Kamu yang baik, memaksaku untuk naik ke motor dan pergi bersama. Tapi saya hanya ingin berjalan sendiri. saya berkata saat itu, “gue lagi pengen jalan. Sama kayak loe. Kalo lagi sedih atau bête loe juga cuma pengen jalan kan. Dan berharap di tempat tujuan rasa sedih loe udah ilang.”
Sejak sabtu lalu aku sudah berjalan terlalu banyak namun rasa sedih ini tidak pergi juga. Tidak tahu, berapa kilometer lagi ku harus berjalan hingga sedih ini berganti.

Sunday, June 21, 2009

From : dina tsh
To : God
Date : Mon, Jun 22, 2009 at 09:20 AM
Subject : [spatubutut] a letter to God
mailed-by: blogger.bounces.google.com


Dear God, please send him an angel. Amen.


I’ve lost a friend. He’s my precious.

Saya tidak pernah merasakan kehilangan seseorang sebesar ini. I can’t handle this kind of feeling. Mungkin saya tidak akan pernah mengerti rasanya jadi dia yang tersakiti begitu dalam. Dan pernyataan maaf seperti apapun tidak bisa menghilangkan rasa sakitnya.

Tapi tetap, saya ingin mengatakan ribuan maaf ke kamu. Maaf maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf.. aku ngga tahu lagi caranya minta maaf. Sepertinya untuk minta maaf pun sebenarnya saya sudah nggak punya muka ke kamu. Dina yang bodoh ini cuma bisa mengutuki dirinya sendiri.

Di siang hari, saya selalu bisa mengalihkan pikiran dan melakukan kegiatan bersama teman. Namun, ketika malam datang dan aku sendiri di kamarku, pikiran ini rasanya ingin gila saja. Selalu bertanya: KENAPA.. tak ada habisnya….. Maaf :(

in your old room where we caught you
stepping through some old song

you said came from
where your going
a lady read it in you palm

down at the 12th avenue market

the promise you will not forget

you are going

till its gone


screen went blue
before i touched you
and my ride went home

all the photos came out lonely
but we're not alone
talking of everything we could not hope

i was stupid of thinking of east coast

already now its gone


there are things i cannot forget

i wish none had happened yet

there are some things i cannot forget


we were stronger than the preachers

we were wiser than the wall

took our sleeping by the river
and the beaches in your car
up where you taught me how to drive a stick

and told me your family secret

you were scared i was caught


why'd you stay behind
packing for the trip
why'd you ask me to be the one

first through your lips

i was awkward and i could not hear

your body through my body's fear

we were going to hell


there are things i cannot recall

there are some things that would risk it all

but these are the things we cannot recall

these are the things i cannot recall


**Things I Cannot Recall (by: Blind Pilot)

Monday, June 01, 2009

Sepertinya saya ini orang yang hidupnya hanya dituntun oleh mimpi. Mimpi saya segudang, beberapa mengatakan mimpi saya rendah. Nyatanya, mimpi serendah apapun tidak dapat diraih dengan mudah. Namun sebenarnya mimpi saya tidak rendah, hanya saja saya tidak pernah menceritakan dengan detail apa saja yang hendak saya raih. Saya ingin bahagia dan sukses. Bukan sukses. Lalu bahagia.

Keegoisan saya dalam mencapai mimpi ini sangat tinggi. Saya selalu berpikir positif bahwa saya mampu meraih semua mimpi saya. Sayangnya, hal tersebut berdampak negatif kepada orang lain. Orang lain pertama yang nampaknya selalu saya kecewakan adalah orangtua. Tidak bisa tidak, saya berprilaku sebagai bukan anak yang patuh dan diperbudak mimpi sendiri di depan mereka. Seringkali menangis, mengancam, demi membujuk mereka mengikuti keinginan saya.
Dengan mimpi pula, saya berdoa. Sepertinya, tanpa bermimpi saya tidak akan pernah terpikir untuk menemui dan memohon kepada-Nya. Sepertinya, menyembah-Nya bukan tujuan saya. Beribadah dan berdoa Nampak hanya sarana demi mencapai mimpi saya. Sarana yang esensial. Munafik kah? Dosa besar kah? Fasik kah? Tuhan, beri saya umur..