daily thoughts and activities

Sunday, August 29, 2010

yahh.. aku kan emang orangnya nggak pernah bilangin kamu boleh ini, nggak boleh itu, blablabla.

aku cuma selalu mengutarakan pendapat aku terus sisanya kamu mikir sendiri. kamu kan manusia dewasa, masak mikir aja harus dibantuin?

Saturday, August 28, 2010


Truman Capote, penulis Amerika era tahun 40-an merupakan sosok penulis yang istimewa. Selain karyanya, Capote terkenal karena kepribadiannya yang menarik. Kisah hidupnya telah diangkat ke layar lebar dalam film Capote (2005) dan Infamous (2006).

Novel lawas Breakfast at Tiffany’s diterbitkan kembali oleh Serambi. Sebagian besar khalayak mungkin terlebih dahulu mengenal Breakfast at Tiffany’s sebagai sebuah film. Melalui novelnya, penggemar Holly Golightly akan mendapat kisah yang tak kalah intim dan memikat.

Cerita dibuka dengan tokoh aku yang mengungkapkan hasratnya menulis tentang Holly yang sudah lama menghilang. Keinginan ini muncul setelah diceritakan bahwa ada ukiran kepala kayu yang mirip dengan Holly Golightly di Afrika dari sebuah foto.

Tokoh aku yang mengagumi Holly ini merupakan teman seapartemen Holly. Awal pertemuannya dengan Holly yakni ketika Holly yang sering kehilangan kunci membunyikan bel apartemen-apartemen tetangganya untuk dibukakan pintu. Aku yang berprofesi sebagai seorang penulis menuliskan deskripsi Holly Golightly dengan lugas. Diam-diam ia pun mencintai Holly.

Holly Golightly, seorang wanita muda misterius berjiwa bebas yang menjadi pujaan kaum pria kelas atas New York. Orang-orang mengenalnya sebagai ratu pesta, simpanan jutawan, dan sekaligus kaki tangan mafia. Namun, siapakah sesungguhnya dia? Apakah yang dicarinya? Cinta atau harta?


Ternyata sisi lain Holly tidak seglamor kehidupan sehari-harinya. Holly adalah seorang wanita muda yang masa kecilnya tidak bahagia, menikah di usia 14, dan pindah dari Texas ke New York. Hal tersebut terungkap ketika Doc Golightly, suami Holly datang ke New York untuk meminta Holly kembali ke Texas. Namun Holly menolaknya dengan alasan pernikahannya di usia 14 tahun tidaklah sah.

Holly yang naïf akhirnya berurusan dengan polisi karena terlibat dengan mafia narkoba. Tanpa disadarinya, ia menjadi perantara berita antara kepala mafia yang di penjara Sing Sing dengan anak buahnya. Holly mengunjungi mafia tersebut di penjara setiap hari Kamis dengan bayaran seratus dolar tiap kunjungannya. Holly harus melaporkan kunjungannya melalui kode pesan berupa laporan cuaca seperti ‘ada badai di Kuba’ dan ‘salju turun di Palermo’. Holly berpikir hal tersebut benar-benar hanya sebuah pesan. Akibatnya, rencana pernikahan Holly dengan pria terkaya di dunia di Brazil menjadi batal. Calon suaminya sedang memulai karier di bidang politik, dan tidak mau menerima Holly yang sudah memiliki catatan kriminal.

Satu alasan mengapa sosok Holly Golightly begitu banyak menginsipirasi wanita adalah karena inti pada kisah ini terletak pada keinginan Holly Golightly untuk mencari tempat dimana ia merasa aman dan senyaman di toko perhiasan Tiffany.

Penuturan orang ketiga sebagaimana yang dilakukan buku ini dalam menceritakan Holly Golightly terjalin dengan apik. Ia menceritakan karakter Holly dengan lugas. Capote mampu memainkan bahasa dengan berirama sehingga pembaca enak mengikuti jalan cerita sampai selesai. Fakta Holly Golightly diungkap satu demi satu dan pada akhirnya pembaca selalu merasa terkesan dengan sosok Golightly yang eksentrik. Selain itu, tokoh yang dimunculkan dalam novel ini pun tidak banyak. Cerita terfokus pada Holly sehingga seolah-olah Truman sedang bercerita pada kita seorang gadis yang dikenalnya.

Mungkin penggemar film Breakfast at Tiffany’s yang menyukai cerita happy ending di film akan sedikit kecewa dengan akhir cerita asli yang menggantung di novel ini. Happy ending di film yang menginspirasi semua wanita untuk berhujan ria dengan pria tampan bermata biru dan kucing jalanan itu tidak sama adanya dengan yang tertulis di buku.

Tidak bisa tidak, selesai membaca buku ini pun, saya masih sempat memejamkan mata untuk menyelidik kembali Holly Golightly yang tinggi langsing mengenakan gaun hitam dan pipa rokok panjang. Sosok Holly Golightly disebut-sebut sebagai salah satu tokoh fiksi berpengaruh. Sepertinya anggapan itu tidak berlebihan mengingat tokoh Holly Golightly begitu mudah dicintai semua orang, sebuah citra wanita muda yang naïf, berantakan, cerdas sekaligus misterius.