daily thoughts and activities

Saturday, May 17, 2014

Hubungan perpacaran ini naik satu tingkat ke level yang lebih serius. Horeee...

Gimana semua ini berawal? Jadi pada suatu malam, saya mengendap-endap ke kamar Faisal sambil membawa pisau. Lalu ku arahkan ke lehernya ketika ia sedang tertidur, “Lu mau gua gorok atau mending kawinin gua akhir taun 2014?” dia milih ngawinin saya 2014.

Nggak deng. Semua ini berawal dari... saya. Iya, saya pengen nikah. Judul awalnya sih, nikah sama siapa aja nggak penting. Saya pengen berkeluarga. Prioritas utama ya sama pacar saya lah. Kebetulan dia mau. Semenjak itulah drama menghampiri hubungan kami dengan intens.

Awal 2014 ini sih tepatnya. Semenjak saya tahu saya ingin menikah, tetiba radar saya sensitif banget. Selalu berpikir, “Apa dia orang yang tepat? Kriteria seperti apa sih orang yang saya ingin jadikan suami? Dst. Dst.” Dari situlah standar saya.. naik.

Saya banyak komplain sama orang yang udah saya pacarin 3 tahun lebih ke belakang. Hal-hal tentang Faisal yang saya toleransi sebelumnya, jadi masalah buat saya. Ini itu sedikit saya ngambek. Bumi jadi gonjang-ganjing. Saya jadi punya kriteria tersendiri tentang suami idaman. Dan dia.. menerima.

!!!

Saya sendiri nggak percaya dengan apa yang saya dengar. Saya nyaris meminta dia untuk ngubah kepribadian loh. Yang mana permintaan itu benar-benar bagaikan pedang bermata dua. Kalau dia ga mau nurutin keinginan saya, wes bye-bye. Kalau iya dia mau nurutin saya, saya juga kecewa berat. Kenapa? Saya ingin laki-laki yang punya prinsip. Meski saya tukang ngatur, saya nggak ingin mengatur laki-laki (sedemikian rupa, tulisan ini bisa disadur kemudian hari, iya saya senang mengatur sebenarnya). Saya ingin dipimpin laki-laki. Saya nggak suka lelaki loyo, sujud di hadapan wanita. Saya ingin pria berkarakter, lelaki yang kokoh. Yang ada atau tidak ada saya, selalu bisa menjadi versi terbaik dari dirinya.

Jadi mau saya apa sih? Mungkin suami idaman saya itu Bruce Wayne alias Batman.

Setelah urusan berantem itu beres. Pacar akhirnya meyakinkan saya secara logis bahwa dia loh laki-laki itu. Datang lagi badai yang lain. Pacar saya, ehm, melanggar prinsip saya yang lain. Yang dia yakin, saya belum pernah mengatakan aturan main prinsip saya tersebut. Hellooooww... saya pikir hal itu aturan main utama dalam menjalin hubungan saya sejak awal. Mengetahui Faisal melanggar prinsip dasar tersebut di tahun keempat kami pacaran benar-benar bikin saya patah arang. Saya minta putus.

Faisal saat itu tengah mengerjakan (tepatnya memimpin) proyek di kantornya. dia harusnya sedang fokus. Setelah beberapa kali permintaan putus dan penolakan putus, akhirnya dia sms: “Kalau hanya ingin berpisah, jangan datang malam ini. Karena besok hari penting buat gue, please jangan lu rusak.”

...............

Sediiiiiiiih banget baca sms itu.

Karena, saya nggak pernah berniat ngehancurin hidup Faisal walau hanya satu detik. But i did.
Teringat pepatah “Jangan sengaja pergi agar dicari. Jangan sengaja lari biar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu.”

Saya tidak dalam posisi itu. Sengaja pergi agar dicari, sengaja lari biar dikejar. I kid you not. The truth is, I love him. I do. Dan yang saya pengen dari Faisal ialah, dia happy. Terutama dari itu, saya pengen Faisal maju. Saya nggak pernah pengen sekalipun jadi batu penghalang dalam hidup dia. Dan hal terakhir yang paling tidak saya inginkan adalah melihat Faisal sedih. Saya pengen jadi pelangi di langitnya setelah hujan reda. Saya pengen jadi oase di tengah padang gurun yang gersang. Saya ingin jadi lebah yang membantu putik menemukan benangsarinya. Saya bisa menemukan ribuan pengandaian kalau saya ini, diri saya, hanya ingin membuat hidup dia lebih.. ah apapun kata-kata positif yang tertanam di benak Anda, para pemirsa.

Jadi malam itu saya menemuinya. Saya cukup gemetar mengingat saya menyadari bahwa saya amat menyayanginya sehingga membantu saya untuk menyampingkan semua ego saya. Faisal yang nggak tahu saya datang malam itu untuk berdamai, tampak grogi juga. Setelah pembicaraan singkat malam itu, kami sama-sama tersenyum. Dan dia kembali dengan terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaannya.


Saya tahu, saya siap. Saya ingin berjuang bersamanya melebihi hari ini, melebihi hari-hari yang telah lewat.

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Saturday, May 10, 2014


Hi. Drinking lunch on a school day?  That's a nice surprise.  Are you nervous about tomorrow night?

-- Not really, no.

Well, um, are you going to talk to me or should I get my paper out?

-- No, no, I'm going to talk to you.

Right.  What are you going to talk to me about?

-- I'm going to talk to you about whether or not you want to get married to me.

(laughing)

--I'm serious.

Yes, I know.

-- Well, thanks a freakin' bunch!

I'm sorry, but two days ago you were making tapes for that girl from the Reader.

-- Yeah.

Well forgive me if I don't think of you as the world's safest bet.

-- Would you marry me if I was?

What brought all this on?

-- I don't know.  I'm just sick of thinking about it all the time.

About what?

-- This stuff.  Love and settling down and marriage you know - I wanna think about something else.

I changed my mind.  That's the most romantic thing I've ever heard.  I do.  I will.

-- Just shut up, please, I'm trying to explain, okay?  That other girl, or other women, whatever, I was thinking that they're just fantasies, you know, and they always seem really great because they're never any problems, and if there are they're cute problems like we bought each other the same Christmas present or she wants to go see a movie I've already seen, you know?  And then I come home and you and I have real problems and you don't want to see the movie I wanna see, period.  There's no lingerie...

-- I have lingerie!

Yes you do.  You have great lingerie but you also have cotton underwear that's been washed a thousand times and its hanging on the thing and ... and they have it too just I don't have to see it because it's not the fantasy ... do you understand?  I'm tired of the fantasy because it doesn't really exist and there are never really any surprises and it never really...

-- Delivers?

Delivers.  Right.  And I'm tired of it and I'm tired of everything else for that matter but you'll never see me get tired of you ... so ...

-- I think I know what you mean, but were you really expecting me to say yes?

I don't know.  I didn't think about it, really.  I thought asking was the important part.

-- Well, you asked.  Thank you.
12 Januari 2014 kemarin, salah satu sahabat saya, Venesia Fitriana Daud, melangsungkan pernikahan. Hahaha sori, Nes, baru nulis sekarang.

Akhirnyaaaaaa dari kami satu geng arisan berdelapan, ada yang menikah juga. Horee, setidaknya membuka jalan yah, ikatan jomblo-jomblo arisan ini (eh, gue ga jomblo sih, tapi dari 8 orang cuma 2 yang taken. Monggo laki-laki soleh kalau mau dikenalin, bisa contact saya).

Sebenarnya kita tuh bukan nggak laku, terlalu pemilih aja. *self-esteem meeeen*

Temen saya si Pito alias Vidia, udah ditembak ribuan pria dari jaman SMA, ditolak semua. Ada apakah? Hanya pito dan Spongebob yang tahu. Sekarang dia lagi sibuk berpartisipasi programnya Anies Baswedan, turun tangan. Yak silakan kalo beruntung bisa berkenalan dan dapatkan hatinya. Hehe

Si Naila, sibuk jadi playgirl. Mungkin dia terlalu takut dengan kenyataan akan relationship yang sebenarnya *sotoy*. Tongky, terjerat dengan lelaki yang lebih tua, sayang udah taken. Anya, manis tapi cuek. Sepertinya dia terlalu lamban memberi respon sama pria-pria yang dekat sama dia kalau mereka ingin lebih dari sekedar teman. Dora a.k.a Rizka, sedang mencari pria unik yang bisa melengkapi jiwa mudanya meski usia tidak lagi muda. Ajeng, tampak masih berusaha move-on dari mantannya. Absen, absen, yak udah semua sih ringkasannnya. Balik ke cerita Nesia.

Tanggal 1 Januari 2014, kita persembahkan arisan buat bachelorette party-nya Nesia.  Kita udah beliin Nesia  bra dan CD satu set. Pas di Gramedia Bintaro Plaza, kita mau nulis kartu ucapan dan minjem pulpen yang dijual, hahaha, dan ada mbak-mbak yang liat. Langsung ga bolehin. Yah mbak, pelit amat cuma buat nulis paling banyak enam baris, hehe. Peace.

Bachelorette party-nya bertempat di karaoke. Standar yah. Maklum, baru pertama kali sih. Lain kali harus lebih hebring nih ibu-ibu. Pake dress code kali yah. Pas lagi nyanyi lagu Christina Perry yang 10.000 years, kita kasih deh tuh beha dan sidi secara simbolis sebagai bekal malam pertama nanti *terharu*

seremoni penyerahan beha dan sidi

Pas hari H acara kawinan, banyak dramanya. Terutama karena hujan badai. Kita berlima berangkat dari rumah saya. Saya, Naila, TQ, Dora, Fira jalan pas maghrib. Dan Jakarta lagi hujan gede banget dooong. Plus angin kencang, bikin hati deg-degan. Dan ini bawa teman-teman masih bercanda ria aja lagi sedang hati saya berdegup kencang waswas takut kenapa-napa nih mobil isinya cewek semua.

Wanti-wanti, “Guys, gue ga bisa jamin kita nyampe Kebayoran Lama nih. Kalo ternyata banjir parah,apa boleh buat keputusan terbaik adalah muter balik. Pulang”

“Atau nggak, kita ke Gancit aja, Nek. Gue mulai laper.”

“Iya, gue setuju,” yang lain ikut nimpalin

Nesia, maafkan kami telah durhaka padamu.

Tapi akhirnya dengan drama alam yang dramatis, kita tiba juga di kawinan lo. Ha! Bergabung dengan Pipito dan foto-foto. Happy wedding, Nesiaaa.. semoga langgeng sampe kakek nenek dan soon to be hot mommy. Smooches <3>