daily thoughts and activities

Friday, December 11, 2009

Siapa sih orang Indonesia yang gak tahu Pertamina? Pertamina sebagai satu-satunya BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang menguasai sektor migas sebagai kebutuhan energi bangsa ini tercatat telah memiliki sekitar 4465 SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum). Selain BBM, Pertamina juga mengeluarkan berbagai produk bahan bakar lain seperti LPG (Liqueified Petroleum Gas), Bahan Bakar Khusus (BBK), maupun produk pelumas yang sudah mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia.

Perjalanan panjang selama setengah abad lebih atau tepatnya 52 tahun telah dilewati Pertamina untuk menjadi sebesar sekarang. Merupakan hasil merger dari PN Pertamin dan PN Permina tahun 1968, masalah yang dihadapi Pertamina kian kompleks mengikuti perkembangan jaman dan gejolak tanah air yang tidak pernah berhenti. Ya, masih ada perjalanan panjang di depan mata yang harus dilewati. Untuk memulainya, tentu harus dengan langkah pertama.

“Pasti Pas”?
Meski diisukan pernah menjadi perusahaan negara yang kontoversi dengan politisasi elit, Pertamina yang telah bertransformasi menjadi perusahaan perseroan tahun 2006 kemarin, berusaha untuk melangkah menjadi perusahaan yang dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Langkah pertama yang dilakukan Pertamina dalam transformasinya adalah menciptakan slogan/logo SPBU Pertamina “Pasti Pas”.

Dengan slogan/logo tersebut, Pertamina menjamin tidak ada kecurangan dalam takaran pengisian bahan bakar kendaraan (pas). Slogan “Pasti Pas” juga dapat mengandung arti bahwa produk Pertamina lah yang paling pas untuk para konsumennya. Sayangnya, belum semua SPBU Pertamina berlogo “Pasti Pas”. Dan SPBU yang berlogo “Pasti Pas” pun ternyata belum pasti pas. Mungkin tidak diragukan lagi ke-“pas”-an SPBU yang berada di kota-kota besar dan mudah dilakukan pengawasannya oleh pusat. Namun, beda halnya dengan SPBU “Pasti Pas” yang lokasinya jauh dari pengawasan pusat dan kebanyakan berada di daerah-daerah.

Saya memiliki pengalaman pribadi akan hal tersebut. Saya dan keluarga yang gemar melakukan traveling di kala liburan panjang, sering melakukan perjalanan luar kota bahkan luar pulau Jawa. Di saat itulah, keberadaan SPBU Pertamina terasa bagai kebutuhan pokok bagi kami. Kami sering menemukan SPBU yang tidak berlogo “Pasti Pas”. Jangankan berlogo “Pasti Pas”, fasilitas umum seperti mushola saja tidak ada atau kalaupun ada, keadaannya sangat tidak terawat.

Ketika melakukan road trip tahun 2008, pernah juga kami kesulitan menemukan SPBU di daerah Majenang sampai Wangon, yakni arah menuju Purwokerto, Jawa Tengah. Setelah cemas puluhan kilometer karena ketiadaan pom bensin, akhirnya kami menemukan SPBU Pertamina. Namun, ternyata tidak ada premium sama sekali. Habis. Padahal saat itu masih siang. Petugasnya berkata bahwa pasokan BBM belum sampai.

Kami yang meninggalkan SPBU tersebut dengan rasa kecewa, akhirnya membeli bensin eceran di warga sekitar. Hal ini tentu masih menjadi PR (Pekerjaan Rumah) untuk Pertamina, yakni masalah pendistribusian, sebagaimana masih sering menjadi berita-berita hangat di televisi hingga sekarang. Keadaan SPBU di daerah-daerah pun terkesan kurang terawat, tidak semegah yang biasanya saya temukan di kota-kota besar dan juga tidak ada slogan “Pasti Pas” di SPBU-SPBU tersebut. Bukankah seseorang maupun instansi yang profesional akan bersikap profesional di mana pun ia berada, sekalipun dalam situasi yang kurang menguntungkan?

Kerja Keras Adalah Energi Kita
Di luar kekurangannya, Pertamina juga telah mengukir berbagai prestasi. Seperti konversi minyak tanah menjadi LPG yang banyak menuai pro dan kontra. Secara pribadi, saya sangat mendukung program ini, terlebih apabila tidak dibarengi dengan kelangkaan LPG itu sendiri. Pertamina juga telah mengeluarkan produk Bio Solar dan Bio Pertamax yang ramah lingkungan. Saya harap akan menyusul produk-produk ramah lingkungan yang lain, terutama untuk bensin ramah lingkungan dengan harga yang terjangkau.

Visi Pertamina “to be a world class national oil company” menunjukkan kemauan Pertamina untuk maju ke arah positif. Memang, tidak akan mudah dalam mencapai visi tersebut. Dilihat dari kualitas produknya, produk Pertamina tidak kalah dengan produk-produk asing yang telah berlaga dalam kancah internasional. Kabar baik juga sudah terhembus dengan mengantongi sertifikasi internasional dari American Petroleum Institute (API), Japanese Automobile Standard Organization (JASO), dan sebagainya.

Namun, mungkin dalam manajemennya, masih banyak yang perlu dibenahi. Pertamina harus banyak belajar terhadap perusahaan-perusahaan migas asing yang telah mempunyai nama dan dikenal masyarakat dunia. Hingga pada akhirnya pengelolaan Pertamina bisa sepenuhnya dipegang oleh anak bangsa. Begitu banyak orang cerdas di negeri ini hingga kita tidak perlu merasa kurang percaya diri dalam mengelola aset negeri sendiri.

Jangan pernah terlalu lelah untuk berbenah diri menjadi lebih baik. Kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia pun harus terus memberi dukungan, use local products. Hingga selain menjadi tuan di negeri sendiri, Pertamina juga dapat mengharumkan nama bangsa. Semakin tinggi mimpi maka usaha yang dibutuhkan harus lebih tinggi dari mimpi tersebut. Oleh karenanya, kerja keraslah yang menjadi energi untuk menggapai itu semua. Maju terus Pertamina!