daily thoughts and activities

Thursday, May 13, 2010

Saya si bungsu yang brengsek dari 4 bersaudara. Ketiga kakakku sudah menikah. Namun, ada yang berbeda dengan pernikahan kakakku yang terakhir. Entahlah. Menikah adalah sesuatu yang wajar. Dan ada pernikahan jutaan orang tiap harinya. Tapi pernikahan kakak yang usianya hanya terpaut dua tahun denganku terasa begitu aneh buatku.

Saya dan dia tumbuh bersama sejak kecil. Kami berbagi kamar bertahun-tahun, mandi bersama, berantem hingga jambak-jambakan, rebutan mainan, dan sebagainya. Hingga ketika dia tumbuh remaja, hubungan saya dan kakak menjadi berjarak karena, ok, terdengar konyol, sifat kami begitu berbeda. Saya (dulu) cenderung pendiam, menghindari konflik sedangkan kakakku memiliki sifat yang sebaliknya. Terlebih, dulu kami sibuk dengan pertemanan sebagaimana remaja tumbuh pada umumnya. Ketika kakak kuliah ia menjadi pribadi yang lebih tenang dan saya bisa kembali dekat dengannya.

Hingga suatu hari, kedua orangtuaku mengatakan bahwa bulan Mei kakakku akan menikah. Saya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Mama papa bingung lantas mengomeliku. “Dina, kamu sudah bukan anak kecil lagi. Suatu saat kamu akan mengalaminya,” ujar mereka. Saya diam.

Setelah hari itu saya pun bertanya-tanya, haruskah saya menikah? Menurutku tidak ada alasan yang tepat untuk saya menikah. Saya nyaman dengan keadaan seperti ini. Saya tidak kekurangan cinta karena, yah, cinta saja nggak pernah terasa cukup buat saya.

Dan, di suatu Jumat, ketika teman-teman masuk kelas untuk kuliah Penulisan Berita Elektronik. Saya dan Tendi Mahadi tertinggal di plasa Fikom. Sebenarnya si Tendi ini agak-agak rese kalo diajak bicara, tapi kadang lumayan lah daripada lumanyun.

(sebelumnya percakapan kami sudah terjadi agak lama tapi saya nggak ingat apa yang dibicarakan)

Tendi : jadi sekarang apa yang lu pikirin?

Saya : hmm.. sebenarnya Ten. Gue dalam fase bertanya-tanya ngapain sih orang nikah?


Tendi : itu yang ada di kepala lu?


Saya : Iya. Itu dia. Tapi belum nemu jawabannya. Eh Ten katanya cowok tuh matanya, misalnya kalo lagi nongkrong gini, liatin cewek juga gitu ya, misalnya ada cewek cantik lewat terus wajarnya cowo liatin. Nah kalo cowok ganteng lewat nggak diliatin.


Tendi : Ya iyalah! Ngapain juga cowok liatin cowok. Emangnya homo!


Saya : Ih tapi cewek nggak gitu Ten. Ok, kalo ada cowok ganteng lewat kita liatin. Tapi kalo ada cewek cantik lewat kita juga liatin..


Tendi : (bengong bentar) Fashion..


Saya : ya, ya fashion. Liatin dari atas sampe bawah. “wah sepatunya oke” misalnya


Tendi : sampe ke fisik fisik juga? Bodi?


Saya : ya, itu juga termasuk. Misalnya kakinya bagus banget, kecil. Waw jadi mikir pengen kaki kayak gitu. Tapi jatohnya sirik juga sih ya. Makanya, pusing banget jadi cewek.


Tendi : semua cewek gitu?


Saya : hmm rata-rata. Nyaris semua kata gue sih. Mungkin cewek-cewek yang cuek itu ngga terlalu keliatan aja. Tapi pada dasarnya itu alamiah cewek kok. Tapi Ten, cewek-cewek itu nggak bakal dandan abis-abisan, nggak akan usaha gimana caranya biar cantik kalo nggak ada cowok loh. Dan gue juga pernah baca yah tentang si Onassis. Tau nggak lu?


Tendi : pengusaha Yunani itu?


Saya : Ya,yang tajir tujuh turunan itu. Si
Aristotle Onassis itu pernah bilang kalo semua uang di dunia ini nggak akan ada artinya kalo nggak ada cewek, Ten.

Tendi : hmm jadi intinya seks.


Saya : seks? (sambil mengernyitkan dahi)


Tendi : seks dalam arti luas.


Saya : ooh. Haha. (sialan, lelaki cerdas sekali menyederhanakan masalah)


Tendi : pria dan wanita itu saling membutuhkan. Emang maksud lu seks yang mana?


Ok. Percakapan selanjutnya tidak penting

Ya. Seperti yang dikatakan Tendi tadi. Mungkin benar pria dan wanita itu saling membutuhkan. Membutuhkan yang seperti apa? Saya sendiri juga percaya, lelaki itu dianugerahi otak yang lebih cerdas dari wanita dan juga kekuatan fisik yang berlebih. Sedangkan wanita, kami ditakdirkan untuk menaklukkan pria. Haha.

Mungkin nilai plus kami ada di kelembutan dan hal-hal menyangkut hati. Tapi, kalau alasan membutuhkan hanya sekedar itu, saya pikir pria wanita tidak perlu menikah segala. Kalau saya kurang cerdas, kalian bisa mengajari saya. Begitu juga kalau saya butuh kekuatan fisik untuk membetulkan pompa air yang rusak, mengangkat lemari, dan sebagainya.. sepertinya saya tidak perlu sampai menikahi cowok segala kan. Saya hanya perlu minta tolong atau membayar jasa.

Mari bicarakan alasan yang lebih sakral : cinta. Ha. Apa ada orang yang mencintai saya melebihi mama saya? ok. Saya dan mama saya berbeda umur jauh dan besar kemungkinan beliau meninggalkan saya lebih dahulu sehingga saya harus mencari pendamping hidup. Cinta tuh apa sih?

Beberapa lelaki mengatakan pada saya, lelaki itu selalu melakukan apapun agar tujuannya tercapai. Gombal doang mah biasa. “Aku sayang kamu, cinta kamu” tuh.. ahh.. cuma basa-basi busuk aja. Tujuan lelaki.. seks ya. Mungkin bagi lelaki yang baik dan masih menganggap itu tabu, tujuan mereka yaa.. menaklukkan wanita. Ingin lihat aja, reaksi cewek kalo digombalin itu seperti apa. Dan jujur, mungkin wanita memang senang digombalin. Pada akhirnya, cinta antara pria wanita itu NGGAK MUNGKIN ngga pake nafsu.

So, orang menikah karena cinta dan nafsu (haha. Sepertinya kalimat barusan menghancurkan makna kesucian pernikahan bagi sebagian orang). Dan lagi, kalau memang alasan menikah adalah karena cinta dan nafsu.. mengapa mereka yang mencintai sesama jenis tidak boleh menikah? Tidak akan menghasilkan keturunan? Aib bagi masyarakat? Dosa besar? Jadi tujuan pernikahan itu memang melestarikan peradaban manusia? Atau tuntutan hidup bermasyarakat? Ngomogin dosa, siapa sih yang benar-benar suci di dunia ini?

Lagi-lagi, saya teringat kata-kata Tendi “pria dan wanita itu saling membutuhkan”. Oke. Mungkin pernikahan adalah jalan yang tepat untuk melengkapi ketidaklengkapan yang ada di pihak wanita maupun pria, baik jasmaniah maupun batiniah, materiil maupun formil. Namun.. kalau ternyata kita sudah mendapatkannya dari beberapa orang, lalu mengapa kita harus memilih salah satu dari mereka untuk dinikahi?

Ya ya seperti kata-kata Tendi, “pria dan wanita itu saling membutuhkan”. Dan dia pun melanjutkan, “Mungkin sekarang lu belum ngerti Din. Tapi nanti, suatu saat, pasti.”

Ya, saya tahu kok. Saya mungkin tidak bisa menemukan jawabannya sekarang. Tapi saya yakin, suatu saat nanti. pasti.

Ah ya, ini foto pernikahan kakakku.

Kakak ipar dan kakak tengah berlatih tari tor-tor

Dia tampak bahagia sekali di hari pernikahannya. Selalu ada harapan untuk kebahagiaan =)

Monday, May 10, 2010

Sabtu, 8 Mei 2010
Hari ini, kakakku yang terakhir menikah ketika saya sedang melewati fase hidup di mana muncul pertanyaan "ngapain sih orang nikah?"