daily thoughts and activities

Sunday, February 28, 2010

23/02/10

Hari ini dengerin Sonnet-nya The Verve hati saya bagai tercabik-cabik.

Semuanya berawal dari ngecek email. Pesan baru di inbox.


Subject: [spatubutut] New comment on sonnet. Anonymous has left a new comment on your post "sonnet"


Baca.

…………………………………[[[speechless]]]……………………………....

Gaya tulisan sebaris itu memang kayak bukan dia. Tapi, siapa lagi?
Kalopun itu bukan dia, tetep aja.

…………………………………[[[speechless]]]……………………………....

Agh.
Sungguh semuanya akan lebih mudah kalo kamu marah sama saya selamanya.
Sungguh semuanya akan JAUH lebih mudah kalo kamu benci saja saya.

Kamu nggak pernah tahu rasanya jadi saya yang mati-matian nyari jalan buat maafin diri sendiri. Tahu mengapa saya nemuin jalan itu? Karena saya pikir kamu nggak akan pernah maafin saya. Jadi saya pikir tidak ada lagi yang tersisa. Yasudah. Saya mulai saja semuanya dari nol. Memulainya dengan memaafkan diri saya. Karena saya tahu, peraturan pertama dalam hidup adalah dengan terlebih dahulu mencintai diri sendiri.

Kalo kamu begini, kembali ke titik di mana kita pernah mulai.. saya akan kembali menghukum diri saya. The bruise won’t heal, fella. Kamu nggak pernah tahu trauma saya, ketakutan-ketakutan saya. kamu nggak pernah tahu rasanya jadi saya. dan saya pun nggak pernah tahu rasanya jadi kamu.

Persetan sama persahabatan, kepercayaan, rahasia-rahasia, pengkhianatan. Saya udah nggak mau peduli. Toh nanti di neraka semua rahasia yang kita jaga mati-matian di dunia bakal terungkap semua. Tapi kita udah saling tidak peduli di sana. Cih.

“ngapain sih gue di sini?”
Ya ya selamat datang semester baru. Pengen liburan nih. Hahah. Kumat kebiasaan jelek.

Sudah seminggu saya di Jatinangor (sekarang sih lagi di rumah). Kosan baru, lumayan sreg. Hal pertama yang saya tes ya kloset jongkoknya yang ber-merk duty. Sudah di uji coba. Duty, kamu melaksanakan tugasmu dengan baik. Saya puas. Hmmm..

Jatinangor dari WC-ku, eh kosanku

Ngampus dengan orang-orang yang itu-itu lagi. Yang kalo ngobrol dan sms isinya nggak jauh-jauh dari “ntar kuliah jam berapa, ruang berapa, ada tugas ga”. Maklum, angkatan tua tapi otak masih muda (baca: calon mahasiswa abadi). Nggak mau juga sih sebenernya. Tapi jokes baru yang mengocok perut saya akhir-akhir ini adalah, “entar lulus 2012, abis itu langsung kiamat”

Cuti saya ditutup dengan manis. MANIS BANGET. Placebo bagi saya bukan sekedar idola tapi saviour, mungkin kayak beatles-nya orang-orang. Haha lebay. Tapi jadinya kemarin langsung bolos dua minggu karena malas bolak-balik. Pas ngabsen mpk2, absennya full. Hahaha. Melihat kejadian ini, saya sebaiknya jangan pernah bekerja di pemerintahan. Punya bakat korupsi soalnya.

Well oh well Kamis kemarin keponakanku si Tiger Riga ulang tahun, Jumat Maulid Nabi Muhammad SAW, dan Sabtu kakakku tunangan. Whooaa.. such a long vacation for me. Tapi malah weekend kali ini berasa weekdays. Tanya kenapa? zzzZZz..

Saturday, February 13, 2010

This is what I was doing on one night when valentine’s day came double with chinese new year.

--
We were sitting on a bench waiting for our pizza. Sitting calmly, my sister was texting her far-away-husband while I was doing some writings on my cell. The restaurant was full of couples and families. I told you. It’s time for celebrating valentine and chinese new year. Plus, it’s a Saturday night. Lovers time.

I don’t have any lover. My sister has. But she’s lonely just like me. On val’s day, when her children was taken care by their grandma, we were going to a nearest cinema. Watched an action movie titled From Paris With Love. I sat between couples. I looked lonely. But the couples just didn’t pay attention for other people around them. The world seemed just for them. They looked lonely for me.

So, here we go again, at the terrace of a pizza restaurant after making a little conversation in the car. I was looking inside the restaurant. The families who were taking dinner, they looked happy like there was no time like that in their daily life. Where were they? What were they doing? I guess they’re lonely.

What’s lonely anyway?
Is it really happening?

Is it a real feeling?

Or is it just the way of thinking?

Friday, February 12, 2010


Using only song names from ONE BAND or ARTIST, cleverly answer these questions. Pass it on to 15 people you like and include me. You can't use the band I used. Try not to repeat a song title. It's a lot harder than you think! Repost as "my life according to (band name)"


Pick your Artist: Placebo

Are you a female: Lady Of The Flowers

Describe yourself: One Of A Kind

How do you feel: Something Rotten

Describe where you currently live: Dark Globe

If you could go anywhere, where would you go: Mars Landing Party

Your favorite form of transportation: Infra-Red

Your best friend is: Pure Morning

You and your best friend are: Johnny & Mary

What's the weather like: English Summer Rain

Favorite time of day: In The Cold Light Of Morning

If your life was a TV show, what would it be called: In A Funk

What is life to you: For What It's Worth

Your relationship: The Bitter End

Your fear: Miss Moneypenny

What is the best advice you have to give: Follow The Cops Back Home

How I would like to die: Then The Clouds Will Open For Me

My soul's present condition: The Never-Ending Why

My Motto: Protect Me From What I Want

Wednesday, February 10, 2010

Saya selalu suka majalah. Unsur-unsur yang membentuk majalah mulai dari kertas, konten, grafis, tipografi, layout, foto, kesemuanya menjadi sesuatu yang menarik banget bagi saya. Meskipun belum terbilang magazines-freak, saya ingin membahas majalah-majalah yang beredar di tukang majalah di sekitar kita.

Spot favorit saya untuk berkenalan dan bermesraan dengan majalah-majalah lama maupun baru adalah BSD Plaza. Tepatnya Gunung Agung BSD Plaza. Maklum, dekat dari rumah. Nggak mungkin juga kan saya pergi ke Senayan City cuma buat nyari majalah. Lagian, saya bukan fashionista yang punya hasrat untuk show off dengan pergi ke mall. Hehe.

Di sana biasanya saya memandangi mereka (majalah-majalah itu) satu-persatu. Seperti yang saya lakukan sekitar tiga hari yang lalu. saya kemudian bingung. Tampak muka mereka semua amat menarik. Rasanya saya ingin membawa empat rak majalah tersebut ke kasir, tapi nggak tahu bayarnya pake apa. Akhirnya saya melakukan seleksi ketat. Majalah yang sudah dibuka atau dapat dibuka saya skimming di tempat. Ternyata, banyak yang kontennya tidak semenarik tampak mukanya.

Isinya keliatan banget nyomot internet atau isu-isu yang dibahas sudah basi dan menurut saya nggak penting, misalnya Mary Kate Olsen baru aja beli anjing pudel seharga 10.000 USD hanya itu. Sungguh. Hanya itu. Sisanya foto si Mary Kate yang juga diambil dari internet (tanpa anjing pudelnya) yang lebih besar dari tulisannya. Gubrak.

Saya juga baca, ada majalah baru (lupa judulnya apa), pas saya skimming, ada artikel si majalah anak bawang itu yang membahas “citizen journalism, setuju atau tidak?”. Dalam hati saya, widih, boleh juga nih majalah baru punya semangat menjalankan jurnalisme yang benar. Lalu di halaman selanjutnya ternyata ada artikel mengenai Dewi Lestari, “Luna Bukan Kopaja”. Ada foto Dewi Lestari dengan gaya penulisan yang pribadi seolah-olah Dee menulis untuk majalah tersebut sepanjang dua halaman. Di akhir tulisan, majalah tersebut menulis begini, “sebagian dikutip dari http://dee-idea.blogspot.com”

Apanya yang sebagian dikutip haa??!!! Itu sih 99% emang dari blognya Dewi Lestari. Kebetulan sehari sebelumnya saya membaca tulisan Dewi Lestari di blognya tersebut sehingga masih segar di ingatan saya. Judul maupun isi tulisan di blog maupun di majalah tersebut benar-benar persis sama. Kayaknya pihak si majalah cuma nulis tiga baris sebagai pembuka. Kenapa mereka tidak nulis, “sebagian BESAR dikutip dari http://dee-idea.blogspot.com”, atau nggak langsung aja “sumber: http://dee-idea.blogspot.com”. Ya, ya, baiklah.

Banyak majalah wanita yang isinya 70% tentang fashion, bahkan 65% foto-foto baju dengan dandanan yang match. Sah-sah saja. Saya juga suka kok ngeliatinnya. Bisa jadi inspirasi juga dalam berpakaian. Hanya saja, sayang banget kalo beli majalah yang (paling lama) dalam waktu 15 menit sudah bisa khatam bacanya, mulai dari halaman pertama sampai terakhir. Tipe majalah seperti ini saya baca di tempat saja.

Dulu, saya suka beli majalah Trax karena tertarik dengan gayanya yang minimalis, kontennya pun lumayan. Lama-kelamaan ko artikelnya boring banget yah. Kayak nggak baca apa-apa, nggak ada isinya. Yang masih bagus cuma review albumnya aja, sisanya sampah. Akhirnya saya berhenti membeli majalah tersebut. Ternyata, di edisi terakhir saya beli majalah Trax, ada surat pembacanya yang mengeluhkan hal yang saya rasakan. Majalah Trax sekarang isinya boring nggak kaya dulu. Mengalami penurunan kualitas lah, so sad. Mungkin majalah tersebut sekarang udah bagusan kali yah. Tapi saya telanjur ilfeel meski kovernya sebagus apapun.


The Fabulous Five

Info Serpong (kanan bawah) majalah gratis yang rutin dateng ke rumah

Saya beli lima majalah dua minggu terakhir ini; Hai, Tempo, Concept, Total Film, dan Rolling Stone.

Hai. Saya tertarik dengan cewek cantik yang menjadi kover majalah Hai edisi minggu terakhir Januari. Ya ya selain cowok ganteng jadi kover majalah saya juga suka cewek cantik. Intinya, saya suka keindahan mau itu cowok atau cewek. Terlebih Hai memakai konsep warna-warni yang keluar dari bordernya bahwa Hai itu majalah pria. Wew, menarik. Jaman sudah berubah. Persaingan makin ketat. Industri media makin kreatif dan tidak berpegang pada pakem-pakem tradisional. Secara konten, Hai belum banyak berubah dari jaman saya SMP. Rubrik yang menarik buat saya adalah dear superstar di mana para pembaca bisa mengirim pertanyaan yang akan dijawab oleh artis idolanya. Artis idola biasanya bergantian dan diberi tahu di edisi sebelumnya. Poin menariknya adalah pertanyaan pembaca (yang mana poin-poin yang ingin diketahui pembaca) mengenai artis idolanya sangat tidak biasa. Sedangkan apabila jurnalis beneran yang bertanya pasti akan penuh dengan pertanyaan standar dan klise seperti bagaimana proses bisa jadi terkenal, terpengaruh siapa, harapan ke depannya, blablablabla..

Tempo. Biasanya saya nggak pernah beli majalah ini kecuali karena ada tugas kuliah yang sumbernya dari feature majalah Tempo. Sudah tidak perlu diragukan kapasitas Tempo dalam menyuarakan informasi yang berbobot kepada masyarakat bangsa ini. Sudah berimbangkah? Kalo itu nggak ngerti hehe. Oh ya, majalah Tempo juga nyetak English version-nya. Baguslah, kali aja bisa bikin franchise di luar negeri. Bosen majalah franchise luar mulu yang masuk dalam negri. Saya beli majalah Tempo edisi Februari hanya karena ada isu pemenang foto berita terbaik. Bagus-bagus deh. Dan feature yang saya baca hanya sepak terjang Baekuni alias Babe. Itu loh, Robot Gedek versi 2. Sisanya.. I don’t give a damn about politics.

Concept. ini majalah desain grafis. Saya tuh nggak ngerti sama sekali sama dunia grafis. Dan juga bukan orang yang artsy. Ini kenapa beli majalah ini alasannya simpel, penasaran. Bahan kertas untuk kovernya sungguh nggak biasa. Dan make konsep silver gitu, saya jadi ingin melihat lebih dari sekedar luarnya. Saya belilah dan setelah saya buka dalamnya, tetap aja nggak ngerti. Penuh gambar-gambar keren. Tapi tetap aja, saya nggak ngerti. Bukan duniaku jadinya sampe sekarang belum dibaca deh.

Total Film. ini majalah franchise yang baru masuk Indonesia. Masih harga promosi (itu juga yang menjadi alasan saya untuk membelinya hehe). Tadinya bingung antara Cinemagz atau Total Film. Ah tapi kalo Cinemagz udah pernah tau, Total Film belum. Ternyata isinya padat banget. Hanya saja, saya merasa nuansa franchise magz-nya terlalu terasa. Tahu kan kalau kita nonton film luar lalu kita baca subtitle-nya kadang dialog film tersebut jadi aneh. Nah, begitulah Total Film. Mungkin masih banyak bagian yang harus dilokalkan. Persentasi penggunaan bahasa inggris di majalah ini masih banyak, sekitar 20%. Tapi saya nggak merasa rugi kok beli majalah ini ;) bahan kertas untuk kover depan maupun back cover juga ciamik. Wow, keren abis!

Rolling Stone. Majalah dewa. Hehehe. RS benar-benar majalah yang mempertahankan kelanggengan konsepnya yang klasik. Perhatiin deh, dari jaman band Rolling Stones atau Axl Rose masih berjaya tampak muka majalah ini tidak banyak berubah. Begtu pula tampilan dalamnya. Kayak produk Yakult yang nggak pernah ganti kemasan tapi tetap dicari orang. wow keren banget. Tanya kenapa?

RS menjual eksklusivitas. Ya, benar. Sesuatu yang mahal banget. Eksklusivitas berarti tidak ditemukan di tempat lain. Hal itu yang menjadi daya jual majalah RS sejak dulu hingga kini. Semua artikel mereka merupakan liputan lapangan. Awal membaca majalah ini, saya agak bingung dengan penulisan mereka yang seringkali terdapat kata tempat seperti, “Sheila malam itu sangat gelisah dan terus terjaga hingga pukul 5 dini hari di kamar hotel”. Lha, ini emangnya fiksi yah.. ko doi ada di kamar hotel si artis tengah malam.

Setelah nonton film Almost Famous, barulah saya mengerti bahwa kinerja majalah RS memang seperti itu. Mereka sebelum menulis feature tentang si artis/band, akan mengikuti si artis/band tersebut beberapa hari atau minggu bahkan berbulan-bulan. Itulah mengapa jawaban-jawaban si narasumber begitu intim. Bahkan setelah tulisan si wartawan jadi, masih ada tim pemeriksa fakta yang akan mengecek kebenaran tulisan si wartawan dengan menelepon si artis/band tersebut. Menanyakan apakah benar kejadian tersebut terjadi di sana, apa kutipan-kutipan tersebut benar adanya, dan sebagainya. Tidak heran dengan profesionalitas setinggi itu, si artis yang terpilih menjadi bahan tulisan RS merasa mendapat penghargaan/kehormatan lebih dibanding masuk media manapun.

RS Indonesia pun di mata saya masih menjadi majalah musik paling prestisius di banding yang lain. Oh ya, sudah agak lama ini RS Indonesia juga menambahkan rubrik politik “National Affairs” yang bisa ditebak siapa arsiteknya, Andy F. Noya. Ia kayaknya ada bagian megang saham RS (atau owner mungkin, ah entahlah). Tidak disangka rubrik politik ini banyak juga yang suka hehe.

Ada seorang wartawan RS Indonesia, namanya Soleh Solihun, yang ternyata merupakan alumni Jurnalistik Universitas Padjadjaran. Ia selalu menulis feature dengan gaya yang berbeda dibanding jurnalis lain. Kekuatan tulisannya terletak dari judul dan penulisan lead yang menohok. Pernah saya mencoba menebak tulisan-siapa-ini dengan membaca judulnya saja mulai dari halaman awal hingga akhir majalah RS tanpa liat kredit penulisnya. Ternyata saya bisa menebak tulisan Soleh hanya dengan melihat judulnya. Ya, karena hanya ia yang menulis judul dengan gaya yang menyentil. Denger-denger sih, kuliah jurnalistiknya lama banged, sampe tujuh tahun hehe.

Well, segitu aja yang saya mau bagi kali ini. Mohon maaf kalo banyak yang salah dan banyak yang harus dikoreksi. Kritikan saya terhadap majalah-majalah yang beredar di Indonesia bukan bermaksud negatif. Saya tidak lebih pintar dari mereka dan sedikit tahu bagaimana cara kerja jurnalis. Sebenarnya copy-paste internet itu terjadi hanya karena satu alasan; malas. Mungkin ada yang menyanggahnya dengan kata deadline. Well, waktu sesempit apapun pasti bisa dipergunakan untuk mengolah isi otak menjadi bentuk tulisan. Saya juga masih banyak banget malasnya. Mungkin suatu saat saya akan menulis tentang kemalasan saya supaya lebih malu sama diri sendiri. Hehe.

Monday, February 08, 2010

Hello, how's life?

Seharusnya saya kemarin dan hari ini ikut ke puncak bersama teman-teman untuk hunting foto. Sayangnya, saya tidak bisa ikut karena harus mengurus bayaran SPP yang telat. Iyah telat. Karena keteledoran saya dan si mamah nggak tau. Kalo tau, habislah saya. Tapi hari ini udah diurus kok. Well, lagi pengen hunting mode on nih. Apa saya ke ITB Fair aja yah. Males sih, saya pengennya ITB Unfair *krik krik.

Sepertinya langkah saya yang sekarang tidak seiring dengan siapapun. Ngga apa-apa sih. Udah biasa. Dari dulu juga selalu jalan sendiri hehe. Saya akan menetap lagi di Jatinangor sekitar tanggal 18 Februari. Kuliah.. tanggal berapa ya masuknya? Nggak tahu deh, tapi kalau minggu ketiga baru ngampus lagi, paling parah saya cuma dua kali absen tiap mata kuliah.

Tiap saya ceritakan tentang jadwal saya kepada orang-orang, mereka akan berkata bahwa saya orang yang terlalu kaku dan terencana. Ya, itu benar saya membuat banyak rencana dalam hidup saya. Mulai dari esok hari sampai esok tahun. Tapi, ya gitu, hari ini harusnya ngerjain apa tapi karena kangen sama keponakan-keponakan misalnya, saya langung aja pergi meninggalkan semua jadwal cuma buat bermain dengan keponakan. I make plans everyday and then I screw them up.

Gimana nggak kangen kalo punya keponakan2 imut kayak roti unyil gini

Banyak juga hal yang saya nantikan di bulan Februari ini. Salah satunya adalah konser Placebo, hehe. Dan sambil menuju hari itu, banyak juga hal yang harus diurus. Seperti mencari kosan baru, ngampus lagi ketemu dosen, say “hi, masih inget saya pak?”, dan juga mengakhiri les foto. Akhirnya saya yang bloon ini tahu bagaimana cara memegang kamera yang benar, saudara-saudara. Hohoho.

Saya bertemu teman-teman baru yang beda generasi di tempat les. Yang paling muda kelas 3 SMA dan yang paling tua udah punya anak SMA. Perbedaan umur menyebabkan perbedaan pemikiran dan tindakan. Kalau yang saya perhatikan, jadi anak muda itu memang selalu punya kesempatan untuk menyolok di lingkungan yang heterogen. Benar kalau ada yang bilang, “yang muda yang berbahaya”.

Teman saya itu, yang kira-kira masih 17 tahunan, tindak-tanduknya begitu semau gue, nekat, terlalu ceroboh, temperamen, dan bersuara lantang. Dia cerita kalau sudah lama tidak masuk sekolah dan ingin masuk kalau ujian saja. Saya hanya manggut-manggut.

Sedang beberapa teman saya yang umurnya sudah kepala empat, lebih terlihat kalem, hati-hati, terlihat matang, dan tenang. Tapi yang saya tahu, orang dewasa terlihat tenang karena terlalu banyak yang dipendam. Ya, mereka begitu hati-hati. Tidak lagi berkoar-koar seperti yang muda padahal kepala orang dewasa lebih njlimet isinya.

Sedang saya, saya berada di antara yang muda dan yang tua. Baiklah, saya ngaku, saya sering merasa tua. Umur 20-an itu terasa cepat berjalan menuju 30.. AKU INGIN NGEREM UMURKU, MAMA! T_T

Ya, ya, saya bisa merasakannya. Sekarang saya lebih berhati-hati ketimbang dahulu, terlalu memikirkan masalah sampai ke detil-detilnya. Two things that I dislike in this world but I have to live through: growing up and making new friends.

Thursday, February 04, 2010

Grammy baru aja dilaksanain 1 Februari lalu. Sebenernya saya nggak gitu tertarik sama award2-an. Tapi juga pengen bahas sedikit.

Kayaknya remaja sekarang begitu tergila-gila sama Lady Gaga. She’s talented, stylish, pretty, and stylish :b Jadi opening act Grammys, teman saya tidak pernah berhenti membicarakan bahwa Lady Gaga itu keren abis. Well she’s good and damn ‘nyentrik’.

Di Grammy 2010 Beyonce sempat kover lagu ‘You Oughta Know’-nya Alanis Morissette. Huaa, ga rela hehe. Tapi ya sudahlah. Penyanyi cewek favorit saya adalah Christina Aguilera and luckily she gave a fantastic permance on Grammy 2007.Saya sampe merinding dengar suaranya. She covered James Brown’s song. Here’s the video.



Penyanyi cowok favorit saya, Sandhy Sandoro. Yang ini produk lokal. Nama doi udah familiar banged sekarang. You guys who don’t know him have to check his myspace page (and a-must-read-his-influences-column) and googling too, maybe xD

Indah banget suaranya.



Klik juga ini